Begitu pula departemen dan posisi yang berkaitan sektor pertahanan, keamanan, dan intelijen. Terlebih, Trump seperti ingin memulai genderang konflik dengan China dan Iran, selain skandal peretasan pemilihan Presiden AS yang menyeret Rusia.
Menteri Pertahanan, James Norman Mattis
Selama 44 tahun berkarir di dunia militer, Mattis (66) membangun reputasi yang dijuluki 'anjing gila' (mad dog) dan 'pendekar rahib'. Pensiunan Korps Marinir (US Marines) berpangkat jenderal penuh ini dikenal memiliki pandangan yang kritis.
Bahkan, Trump membandingkan Mattis dengan George Patton - Kepala Staf Angkatan Darat AS semasa Perang Dunia II. "Dia adalah sosok jenderal sejati," kata Trump, seperti dikutip situs BBC.
Dijuluki anjing gila, lantaran pengkritik keras kebijakan Timur Tengah di masa pemerintahan Presiden Barack Obama, khususnya terhadap Iran.
Ia bahkan menyebut Iran sebagai 'ancaman tunggal paling abadi bagi stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah'.
Selain itu, Mattis pernah memimpin batalion tempur selama Perang Teluk I pada 1991 serta memimpin unit tempur khusus di wilayah selatan Afghanistan pada 2001.
Belum cukup. Mattis juga ambil bagian dalam invasi AS ke Irak dua tahun setelah Afghanistan, dan memainkan peran kunci dalam pertempuran di Fallujah pada 2004.
Situs The Washington Post, menyebut Mattis pernah menghancurkan sistem pertahanan udara Libya saat negeri itu dipimpin rezim Moammar Ghadafi. "Ini akan menjadi operasi militer," kata Mattis, singkat.
Selain dikenal memiliki segudang prestasi di militer, dalam sebuah panel diskusi di San Diego pada 2005, Mattis pernah membuat pernyataan sensitif tentang perasaannya terhadap pengalaman bertempurnya selama dia berkarir.
"Sebenarnya cukup menyenangkan melawan mereka (musuh AS), Anda tahu, ini (perang) adalah bagasi neraka. Sangat menyenangkan menembaki beberapa orang. Saya akan berada di atas sana bersama Anda. Saya suka berkelahi," ucapnya.
Tak heran, ia salah satu pemimpin militer paling berpengaruh dari generasinya. Mattis pernah menjabat Komandan Komando Pusat AS dan Komite Angkatan Bersenjata Senat di Capitol Hill, Washington DC.
Mattis adalah serdadu profesional yang haus akan perang, serta pekat dengan ideologi konservatif.
Menteri Keamanan Dalam Negeri, John Kelly
Baru 'merasakan' pensiun pada Januari tahun lalu, Kelly (66) adalah jendral bintang empat Korps Marinir (US Marines) yang paling lama aktif dalam sejarah AS.
Sebagai Komandan Komando Wilayah Selatan AS (US SOUTHCOM), ia bertanggung jawab atas operasi militer di Amerika Tengah dan Selatan, termasuk mengawasi Penjara Teroris Sedunia, Guantanamo, di Kuba.
Ia berjanji akan bersikap tegas soal keamanan perbatasan, dan tahun lalu, sudah memperingatkan Kongres mengenai risiko jaringan perdagangan narkoba dan penyelundupan manusia yang meliputi 32 negara di Karibia, Amerika Tengah, serta Amerika Selatan.
"Penyelundupan manusia, mengakibatkan dorongan bagi 'puluhan ribu orang', termasuk anak-anak yang tanpa pendamping datang ke Amerika," katanya, seperti dikutip situs Voa.
Ia adalah sosok yang doyan bicara blak-blakan dan populer di kalangan personel militer. Lahir dan besar di Boston, Kelly bergabung dengan Korps Marinir pada 1970, saat masih berseragam sekolah menengah atas.
Pada 1972, ia memutuskan berhenti dari tugas aktifnya dengan pangkat sersan, lantaran ingin melanjutkan kuliah. Namun, ia kembali ke Korps Marinir, setelah lulus dari University of Massachusetts di Boston, empat tahun kemudian.
Karir kepangkatan Kelly makin mentereng dan puncaknya, ketika dia menjabat komandan pasukan multinasional di Irak, dari Februari 2008-Februari 2009. Ia juga pernah sebagai Komandan Pasukan Cadangan Marinir pada Oktober 2009.
Tiga tahun kemudian, tepatnya 19 November, Kelly menggantikan posisi Jenderal Douglas Fraser sebagai Komandan US SOUTHCOM.
Kelly secara lantang menolak keinginan Obama untuk menutup Guantanamo dan perintah Departemen Pertahanan AS (Pentagon) untuk membuka semua lapangan kerja di unit-unit tempur untuk perempuan, termasuk pasukan paling elit sekelas Navy Seals dan Delta Force.
Penasehat Keamanan Nasional, Michael Thomas Flynn
Satu lagi perwira tinggi yang hobi menebar kebencian. Flynn (59) pensiunan jenderal bintang tiga dari Angkatan Darat AS dikenal sangat anti-Islam. Ia bahkan dengan tegas mengatakan bahwa Islam bukanlah agama.
"Saya tidak melihat Islam itu sebagai agama. Ini seperti kanker," kata Flynn, di sebuah acara di San Antonio, Texas, seperti dikutip situs qz.
Ia melanjutkan bahwa dirinya telah melalui 'kanker' selama hidupnya. "Jadi sekali lagi, itu (Islam) seperti kanker ganas kalau dikaitkan dalam kasus ini (terorisme)," ungkapnya.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara pada Oktober 2016 lalu, ia juga pernah bilang kalau sekte ekstremis Islam adalah kanker dan bukan agama seperti lainnya. Tak hanya itu, Flynn mengklaim kalau dirinya Islamophobia.
Direktur Intelijen Nasional, Dan Coats
Hingga kini, jabatan Direktur Intelijen Nasional belum diisi. Pada era pemerintahan Presiden Obama, posisi ini dijabat oleh James Robert Clapper Jr., pensiunan jenderal bintang tiga Angkatan Udara AS.
Ia menjabat dari 9 Agustus 2010-17 November 2016. Namun, menurut Reuters, Trump kemungkinan besar akan menggaet mantan Senator Dan Coats (73).
Ia adalah seorang sipil yang konservatif tradisional dari Negara Bagian Indiana yang baru saja selesai masa jabatan enam tahun di Senat AS. Coats pernah menjadi Duta Besar AS untuk Jerman di periode pemerintahan Presiden George Walker Bush.
"Dia kaya pengalaman. Dia juga punya ketrampilan dalam memimpin. Dia sangat paham apa yang harus dilakukan," kata Ketua Senat Bidang Intelijen, Richard Burr.
Seorang anggota Senat dari Partai Demokrat yang akrab dengan Coats mengatakan bahwa rekannya itu memiliki latar belakang dan pandangan politik yang menggambarkan dirinya sebagai 'orang yang sangat wajar'.
Sementara, pejabat AS lainnya menambahkan, Coats 'sangat dihormati di kedua sisi lorong' terkait masalah-masalah intelijen.