Profesor National Defense University, Amerika Serikat (AS), Paul Sullivan, memperingatkan Arab Saudi untuk tidak bertindak salah dengan mengirim pasukan ke Suriah. Menurutnya, Suriah bisa menjadi “pasir hisap” bagi tentara Saudi jika nekat dikerahkan.
Profesor Paul meyakini, Saudi mustahil berhasil melakukan operasi darat di Suriah tanpa dukungan dari NATO dan sekutu Saudi lainnya. Alasannya, Saudi saat ini masih terlibat perang di Yaman yang membutuhkan sumber daya besar.
”Arab Saudi harus berhati-hati untuk tidak meregang upaya militer dan diplomatik berlebihan, Suriah bisa menjadi ’pasir hisap’ bagi mereka,” katanya seperti dikutip Defense News.
Analis Keamanan Militer Timur Tengah, Matthew Hedges, mencatat bahwa kurangnya pengalaman tempur militer Saudi bisa menghambat rencana Riyadh.
”Dengan, pengalaman tempur hanya parsial sebelumnya, tidak mungkin akan cukup bagi pasukan (Saudi) untuk siap dan mampu memberikan kontribusi bagi kedua medan (Suriah dan Yaman),” ujar Matthew Hedges.
Namun, mantan pejabat Pentagon; Oubai Shabandar, berpendapat bahwa pasukan khusus Saudi siap ditugaskan di Turki dan dalam waktu yang singkat mereka bisa melakukan operasi di Suriah.
”Kemampuan mereka adalah untuk bergerak cepat dan membangun kemitraan lokal. Ini adalah model setelah pendekatan Amerika. Mereka unit elite. Mereka cepat dengan kemampuan full-spectrum untuk bergerak dan beroperasi dalam waktu singkat,” ujar Oubai Shabandar. - sindo