“Saya percaya bahwa Yordania tidak dapat bertahan lagi berkolaborasi dengan Arab Saudi untuk mengimplementasikan plotnya sejak operasi anti tentara Suriah gagal, dan Yordania sudah menyadari bahwa kemenangan Suriah sudah dekat, dan sikap Amerika Serikatpun juga sudah berubah terkait kasus Suriah,” ungkapnya, sebagaimana dilansir FNA, Minggu (22/11).
Dia juga menyatakan bahwa para penulis dan jurnalis Yordania masih perlu membuat essai dan laporan-laporan yang mendukung Suriah serta menyudutkan Saudi dan para penyokong terorisme lainnya.
Pemerintah Yordania pada akhirnya menyadari realitas ketidak efektifan persekongkolan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi di Suriah, dan karena itu Amman sudah tak betah lagi menemani dua negara itu dalam Perang Suriah. Demikian dikatakan penulis terkemuka Yordania Hossein Alian.
Menurutnya Alian, pemerintah Saudi dan Turki serta Rezim Zionis Israel masih bersikeras menyokong para teroris di Suriah, sebab tiga negara ini sangat takut terhadap konsekuensi kemenangan Suriah atas pasukan bayaran mereka.
Jurnalis Yordania ini menjelaskan bahwa AS dan Barat umumnya sejak lebih dari satu abad silam sampai sekarang memanfaat gerakan Islam politik Wahabisme dan Ikhwanul Muslimin.
“Bekerjasama dengan negara-negara reaksioner kaya minyak semisal Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, atau negara-negara semisal Mesir, Pakistan dan Yordania, Barat mengerahkan kelompok-kelompok Salafi (Wahabi), teroris, takfiri dan sektarian untuk menghancurkan negara-negara kita, termasuk Mesir, Yaman, Suriah dan Irak. Semua ini dilakukan demi menghalangi kemajuan dan stabilitas kita, serta dalam rangka memenuhi interes Zionis-Barat,” terangnya.
Dia menambahkan, “Karena itu, dusta belaka Barat ketika membentuk aliansi anti terorisme. Koalisi ini sebenarnya adalah untuk memerangi berbagai negara dan bangsa serta mencegah stabilitas dan kemajuan mereka. Tapi pada saat yang sama harus diakui bahwa Suriah adalah terminal terakhir, tapi terminal terakhir bagi terorisme di kawasan.”
Alian berpendapat bahwa seandainya rakyat, tentara dan pemimpin Suriah tidak melakukan perlawanan maka dapat dipastikan bahwa Suriah akan menjadi gerbang kekacauan bagi seluruh wilayah Asia.
Akan tetapi, lanjutnya, berkat kesuksesan Iran dalam perjanjian nuklir serta keberhasilan Suriah menekan terorisme, demikian pula kegigihan para pejuang Irak, kini terwujud suatu dunia baru yang membentang dari Iran hingga Rusia dan bahkan seluruh kawasan Euroasia (benua Asia dan Eropa) di bawah komando multipolar Tiongkok dan Rusia.
Menurut FNA, dalam beberapa tahun terakhir Yordania termasuk negara yang turut membeking kelompok-kelompok teroris al-Nusra, Pasukan Kebebasan Suriah (FSA) dan lain-lain. Selama itu kelompok-kelompok militan anti Damaskus mendapat pelatihan dari pasukan khusus AS di dua kamp Yordania.
September lalu seorang anggota parlemen Suriah Yousef al-Ass’ad mengungkapkan bahwa Tel Aviv dan Amman telah merencanakan serangan-serangan teror di Suriah, termasuk pembunuhan tokoh sekte Druze Syeikh Wahid al-Balous di provinsi Sweida.
“Para teroris telah menerima order dari dinas-dinas rahasia Yordania dan Israel untuk membunuh Syeikh al-Balous,” katanya.
Dia menegaskan bahwa Israel berperan dalam semua serangan teroris di Suriah, dan bahkan dukungan keuangan negara-negara Arab untuk para teroris di Suriah juga berlangsung di bawah instruksi Israel.