Sinyal bahaya ditunjukkan militer Amerika Serikat (AS) yang menggerakkan kapal perang dengan rudal jelajah Tomahawk ke dekat situs nuklir Korea Utara (Korut). Sepak terjang militer AS ini memicu spekulasi bahwa Washington akan meluncurkan serangan pre-emptive terhadap Pyongyang.
Seorang pejabat senior intelijen AS kepada NBC News mengatakan Presiden Donald Trump siap untuk meluncurkan serangan pre-emptive atau serangan pendahuluan terhadap rezim Kim Jong-un jika Pyongyang mempersiapkan uji coba senjata nuklir untuk keenam kalinya.
Posisi kapal perang AS yang dilengkapi dengan rudal Tomahawk AS saat ini berada di perairan yang berjarak 300 mil dari lokasi uji coba senjata nuklir Korut. Menurut pejabat itu, kapal perang tersebut mirip dengan kapal yang digunakan untuk meluncurkan rudal-rudal jelajah Tomahawk ke Suriah pada pekan lalu.
Pentagon juga memiliki pesawat pengebom yang berbasis di Guam. Pesawat ini siaga untuk menyerang Korut jika diperlukan.
Meski demikian, Pentagon menolak untuk berspekulasi tentang kemungkinan skenario aksi militer terhadap Korut. Pentagon, tidak mengonfirmasikan maupun menyangkal laporan bahwa Angkatan Laut AS diposisikan dalam jarak dekat Korut untuk mengantisipasi jika Pyongyang mencoba untuk melakukan uji coba nuklir.
”Komandan selalu mempertimbangkan berbagai pilihan untuk melindungi (diri) terhadap kontinjensi,” kata juru bicara Pentagon, Dana White, kepada Reuters dalam sebuah pernyataan yang dilansir Jumat (14/4/2017).
”Komitmen kami untuk pertahanan sekutu kami, termasuk Republik Korea (Korea Selatan) dan Jepang, dalam menghadapi potensi ancaman, tetap teguh,” ujar White.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Korut Han Song Ryol dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press di Pyongyang, memperingatkan AS jika berani memprovokasi Korut dengan aksi militer. ”Kami akan pergi berperang jika mereka memilih,” ujarnya.
”Jika AS dilengkapi dengan manuver militer yang sembrono, maka kami akan menghadapinya dengan serangan pendahuluan DPRK,” ujar Han, merujuk pada nama resmi Korut yakni Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
”Kami punya penangkal nuklir kuat sudah di tangan kami, dan kami pasti tidak akan menjaga lengan kami dalam menghadapi serangan pendahuluan AS.”