Washington kesal dengan desakan para politisi Jerman agar Amerika Serikat (AS) menarik semua bom nuklirnya dari negara Eropa tersebut. Washington menuduh Berlin telah merusak pencegah nuklir NATO.
Desakan perlucutan senjata nuklir Amerika di negara sekutu NATO-nya itu muncul dari para politisi Partai Sosial Demokrat (SDP), partai koalisi junior pemerintah Kanselir Angela Merkel.
Rolf Muetzenich, pemimpin SDP di Bundestag (Parlemen), pada awal bulan ini menyerukan penarikan semua senjata nuklir AS dari Jerman. Seruan itu memecah belah koalisi, karena kubu konservatif Merkel tidak menghendaki seruan tersebut.
Nonton Kabar Militer seru di https://www.youtube.com/channel/UCOQ2Bd6v5z9ea4ryn2amGeg
Kekesalan Washington disampaikan Duta Besar AS di Berlin, Richard Grenell, dalam sebuah opini untuk surat kabar Jerman; Die Welt. "Daripada merusak solidaritas yang membentuk dasar pencegahan nuklir NATO, sekarang saatnya bagi Jerman untuk memenuhi komitmennya kepada sekutunya dan untuk terus berinvestasi dalam partisipasi nuklir NATO," tulis diplomat tersebut. (Baca: SPD Jerman: Jika Trump Luncurkan Nuklir, Bisakah Kita Menghentikannya?)
“Kepemimpinan politik Jerman, khususnya SPD, sekarang harus menjelaskan bahwa Republik Federal menghormati komitmen ini dan mendukung sekutu-sekutunya,” ujar Grenell, yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Intelijen Nasional AS, seperti dikutip Reuters,Jumat (15/5/2020).
Pernyataan Grenell itu adalah putaran terbaru dalam hubungan antara Berlin dan Washington yang sering tegang selama masa kepresidenan Donald Trump. Presiden Trump telah mendesak Jerman untuk meningkatkan pengeluaran pertahanannya dan menuduh Berlin sebagai "tawanan" Rusia karena ketergantungan energinya pada Moskow.
Tetapi komentar Grenell juga muncul sehari setelah Merkel mengutip "bukti kuat" bahwa Rusia berada di belakang serangan hacker 2015 di kantor Bundestag-nya, serangan yang dia sebut; "menyakitkan saya".
"Bahaya yang mengancam perdamaian di Eropa bukanlah 'anakronisme', seperti yang kita yakini," kata Grenell. (Baca juga: AS Gila-gilaan Bikin Senjata Nuklir, tapi Tak Berdaya Lawan Covid-19)
"Invasi Rusia ke Ukraina, penyebaran rudal-rudal berkemampuan nuklir baru oleh Rusia di pinggiran Eropa dan kemampuan baru China, Korea Utara, dan negara-negara lain menegaskan bahwa ancaman itu terlalu hadir."
Perdebatan mengenai senjata nuklir dipicu oleh berita bulan lalu bahwa Kementerian Pertahanan Jerman ingin membeli 45 unit pesawat tempur F-18 dari Boeing AS untuk menggantikan pesawat Tornado yang sudah tua. Pesawat baru yang diinginkan harus mampu mengambil alih tugas militer Jerman dalam berbagi nuklir, di mana pesawat baru itu nantinya akan membawa bom nuklir AS ke target ketika krisis pecah.