Sekitar 300 website (situs web) Israel menjadi target serangan siber besar-besaran oleh kelompok peretas atau hacker pada Kamis. Ratusan situs web yang diretas diisi dengan video kota Tel Aviv terbakar karena dibombardir.
Ratusan situs web itu termasuk milik sejumlah perusahaan besar, kelompok politik dan organisasi serta individu di negara mayoritas Yahudi tersebut. Serangan itu terjadi beberapa hari setelah serangan siber dialami sistem komputer di pelabuhan Iran, di mana Israel dicurigai sebagai pelakunya.
Presiden Prancis usir polisi Israel
Para pakar siber mengatakan serangan terhadap sekitar 300 situs web terkait dengan kelompok aktivis yang memiliki hubungan dengan Turki, negara-negara Afrika Utara dan Jalur Gaza, dan tak ada indikasi terkait dengan Iran.
Channel 12, dalam laporannya pada Kamis malam, mengatakan serangan siber besar-besaran ini tidak diprakarsai oleh pemerintah Iran, tetapi kemungkinan melibatkan para hacker Iran. (Baca: Israel Diduga Biang Serangan Siber Bikin Pelabuhan Iran Kacau Total)
Otoritas berwenang Mitzpe Ramon dan Ramat Hasharon termasuk di antara pihak yang jadi korban serangan siber. Demikian pula dengan situs web cabang kedai kopi Cof, responden darurat United Hatzalah, dan situs web pribadi politisi Nitzan Horowitz yang bernasib serupa. Situs web sejumlah kelompok sayap kanan seperti Regavim, perusahaan elektronik Denmark; Bang & Olufsen, dan banyak perusahaan lainnya juga menjadi korban.
Situs web yang diretas menampilkan video kota Tel Aviv yang dibom dan pesan yang mengancam kehancuran negara Yahudi. Terlepas dari jumlah situs web yang diretas, para pakar keamanan siber mengatakan skala serangan itu relatif kecil karena semua diserang melalui satu titik akses.
Serangan itu terjadi ketika Iran bersiap memperingati Hari Quds yang jatuh pada hari Jumat (22/5/2020), sebuah peringatan tahunan yang ditandai dengan pidato, demonstrasi dan ancaman anti-Israel untuk membebaskan Yerusalem dari kontrol Israel.
Situs web yang ditargetkan menampilkan frasa dalam bahasa Ibrani dan Inggris.
Bersiaplah untuk kejutan besar" dan "Hitung mundur kehancuran Israel telah dimulai sejak lama".
Sebuah video kemudian muncul untuk menunjukkan ledakan di Tel Aviv dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang babak belur dan berlumuran darah menjauh dari kota yang terbakar tersebut. Video juga menampilkan Yerusalem, dengan ribuan Muslim salat Temple Mount.
"Israel tidak akan bertahan 25 tahun ke depan," bunyi pesan dalam bahasa Ibrani di akhir video.
Serangan siber para hacker juga menyisipkan tautan di beberapa situs web dan meminta pengguna mengklik tautan tersebut dan mengaktifkan kamera perangkat mereka.
Direktorat Siber Nasional Israel pada awalnya mengatakan bahwa mereka telah menerima laporan dari puluhan situs web yang terkena serangan siber. Namun, laporan yang disampaikan kepada media berbahasa Ibrani mengatakan ratusan atau bahkan ribuan situs web terdampak.
Teknologi Perangkat Lunak Check Point memperkirakan jumlah situs web yang terdampak diperkirakan 300.
Direktorat tersebut kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan yang mengonfirmasi penyelidikan awal tentang serangan siber tersebut. "(Penyelidikan) telah mengindikasikan bahwa itu adalah perusakan dangkal situs web badan-badan swasta di Israel yang dilakukan melalui satu perusahaan penyimpanan tunggal yang menampung situs-situs web tersebut," bunyi pernyataan direktorat, seperti dikutip Times of Israel.
Pihak direktorat mengaku sedang menangani serangan siber itu, dan mendesak pemilik situs web untuk hanya bekerja dengan penyedia penyimpanan yang memiliki tingkat keamanan yang memadai.
Direktorat menegaskan tidak ada kerusakan pada infrastruktur resmi negara terkait serangan siber tersebut. Lebih lanjut, direktorat merekomendasikan agar publik Israel menahan diri dari mengklik tautan pada situs web yang ditargetkan. Sindo