Tiongkok kini semakin percaya diri memamerkan kekuatan armada lautnya dengan, menampilkan kapal induk buatan lokal di perairan hong kong. Negara Tirai Bambu ini tak lagi bisa dipandang sebelah mata, dengan produksi alutsista "Made in China" yang membuktikan kemampuan teknologi mereka bersaing di kancah global.
Tiongkok saat ini memiliki tiga kapal induk yang siap mengguncang dunia, menjadikannya negara kedua setelah Amerika Serikat dengan jumlah kapal induk aktif terbanyak. Kapal kapal induk ini bukan hanya alat tempur, melainkan juga simbol kekuatan militer Tiongkok yang baru.
Shandong: Kebanggaan Kapal Induk Buatan Dalam Negeri Pertama
Kapal induk Shandong merupakan kapal induk pertama yang dirancang, dibangun, dan dilengkapi sepenuhnya di dalam negeri oleh Tiongkok. Diperkenalkan pada 26 April 2017, Shandong membuat debut pelayarannya di perairan Hong Kong pada Kamis, 3 Juli 2025, diiringi oleh tiga kapal tentara pembebasan rakyat dan kapal perusak rudal.
Lebih dari 700 perwira dan prajurit berbaris membentuk karakter Mandarin yang berarti "negara aman, rumah yang indah" di dek landasan penerbangan kapal induk, menyambut Kepala Eksekutif SAR Hong Kong, John Lee. Warga pun antusias menyaksikan kapal dari kejauhan, dengan pameran yang akan dibuka untuk umum selama akhir pekan, dilengkapi serangkaian kegiatan interaktif dan pertunjukan militer.
Kapal Shandong memiliki panjang 300 meter dan lebar 75 meter dengan bobot mati lebih dari 60.000 ton. Desain lambungnya mengadopsi kapal Liaoning, yang berbasis pada lambung kapal Kuznetsov buatan Soviet. Shandong ditenagai oleh empat turbin uap konvensional dan delapan boiler, mampu mencapai kecepatan maksimal 31 knot (sekitar 57 km/jam).
Kapal ini dipersenjatai tiga senapan Gatling Tipe 1130 CIWS dan tiga peluncur rudal HQ 10, serta diperkirakan mampu mengangkut lebih dari 50 unit pesawat atau helikopter.
Liaoning: Pelopor yang Jadi Bahan Studi
Kapal induk Liaoning adalah kapal induk pertama Tiongkok, yang dulunya merupakan kapal penjelajah kelas Kuznetsov Uni Soviet bernama Varyag. Setelah runtuhnya Soviet, kapal ini dijual ke Tiongkok pada tahun 1998 dan kemudian dirakit serta direnovasi di Galangan Dalian.
Liaoning dan Shandong kerap beroperasi secara bergantian di sekitar Taiwan, bahkan beberapa kali mengepung pulau tersebut. Kapal Liaoning menjadi bahan studi penting bagi generasi pertama angkatan laut Tiongkok.
Kapal Liaoning memiliki panjang 304,5 meter dan berat hingga 67.000 ton jika terisi penuh. Dengan peluncur kapal bertipe STOBAR, Short Take Off But Arrested Recovery, pesawat harus lepas landas dalam jarak pendek dan mendarat secara vertikal.
Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan 29 knot, ditenagai oleh empat turbin uap konvensional dan delapan generator diesel. Liaoning dapat mengangkut total 40 pesawat dan helikopter, dengan mayoritas jet tempur J 15, serta dilengkapi 12 helikopter angkut Z 18 dan dua helikopter taktis Z 9.
Fujian: Lompatan Teknologi dengan Ketapel Elektromagnetik
Fujian adalah kapal induk ketiga Tiongkok, sekaligus yang kedua yang sepenuhnya dibangun di negara tersebut. Kapal ini diharapkan mulai beroperasi penuh pada tahun 2025. Melansir Global Times, Fujian disebut sebut setara dengan kapal induk modern milik negara lain seperti USS Gerald Ford dari AS, dan HMS Queen Elizabeth dari Inggris.
Teknologi paling mutakhir yang disematkan pada kapal induk ini adalah ketapel elektromagnetik sebagai sarana peluncuran pesawat dari geladak terbang, yang membuat lepas landas lebih efisien dan cepat dibandingkan dek melengkung. Pembangunan teknologi Fujian dimulai pada tahun 2022 sebagai terobosan dari pendahulunya, Shandong dan Liaoning.
Kapal induk ini dibangun di galangan kapal Jiangnan di Pulau Changxing, Shanghai, dan pada tahun 2023 lalu, Tiongkok ramai membicarakan uji coba ketapel kapal Fujian dengan melontarkan barang.
Kapal induk Fujian memiliki bobot hingga 80.000 ton, dengan panjang 316 meter dan geladak terbang mencapai 78 meter, mampu melaju sampai 29 knot atau 50 km/jam. Kapal perang ini dapat mengangkut 55 jet tempur J 15 serta berbagai drone, bahkan dibekali persenjataan seperti rudal hipersonik antikapal jenis DF ZF yang bisa menjangkau sasaran dalam jarak 2000 km.
Upaya Tiongkok dalam memperkuat dominasi maritimnya semakin gencar melalui pengembangan alutsista. Tidak hanya fokus pada teknologi, Tiongkok tampaknya ingin menyaingi Amerika Serikat dengan memperkuat angkatan lautnya.
Ketiga kapal induk ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam pengembangan kekuatan angkatan laut Tiongkok. Kapal induk, drone tempur, dan rudal hipersonik "Made in China" kini menjadi taring taring kekuatan militer Tiongkok yang siap mengubah peta global.