Nuklir Iran Masih Ada
Operasi pengeboman 14 bunker buster oleh Amerika Serikat di fasilitas nuklir Iran pada Senin lalu telah menimbulkan pertanyaan besar mengenai keberhasilan operasi tersebut dalam melumpuhkan program nuklir Teheran. Meskipun laporan awal intelijen Amerika dan pernyataan Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengindikasikan kerusakan signifikan, nasib cadangan uranium Iran yang diperkaya hingga 60% kemurnian, sebesar 408,6 kg, masih menjadi misteri.
Sebelum serangan, para ahli meyakini stok uranium Iran tersebut disimpan di dua lokasi bawah tanah yang dijaga ketat: fasilitas Isfahan dan situs pengayaan Fordo. Jumlah uranium ini, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 5 6 hari untuk diolah lebih lanjut hingga kemurnian 90% yang siap digunakan untuk senjata nuklir, cukup untuk membuat sembilan bom nuklir.
Kerusakan yang ditimbulkan serangan B2 ini digambarkan bervariasi oleh berbagai pihak. Ada yang menganggapnya sebagai "lecet lecet pemakaian" di permukaan, sementara yang lain mengklaim dampak yang lebih parah. Laporan intelijen awal Amerika yang bocor pada Selasa, sehari setelah serangan, menyebutkan "kerusakan signifikan alih alih kehancuran total," sebuah sentimen yang juga digemakan oleh IAEA yang melaporkan "kerusakan serius di beberapa lokasi pengayaan uranium."
Namun, pertanyaan krusial yang belum terjawab adalah apakah cadangan uranium 400 an kg tersebut turut hancur dalam serangan. Menghancurkan stok ini akan menjadi kemunduran besar bagi ambisi nuklir Iran. Meskipun citra satelit menunjukkan kerusakan di atas tanah pada kedua fasilitas, Isfahan dan Fordo, keduanya dikenal memiliki pengamanan yang sangat ketat dan struktur yang diperkuat.
Kekhawatiran serius muncul terkait kemungkinan Iran telah memindahkan cadangan uraniumnya ke lokasi penyimpanan tersembunyi dua hari sebelum serangan. Citra satelit pada 19 Juni, tiga hari sebelum serangan, menunjukkan adanya truk Bower yang mungkin digunakan untuk memindahkan uranium yang diperkaya 60%. Selanjutnya, citra satelit mengungkapkan pintu masuk terowongan di kompleks bawah tanah telah ditutup dengan tanah sebelum serangan udara Amerika.
Jika material material ini kini disimpan di lokasi rahasia lain, pemantauan apalagi verifikasi akan menjadi sangat sulit. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa Iran dapat melanjutkan program nuklirnya secara diam diam di tempat yang tidak diketahui. Meskipun Iran sebelumnya telah menyepakati gencatan senjata yang diusulkan oleh Trump, memindahkan dan menyembunyikan uranium dalam jumlah besar bukanlah tugas mudah, dan untuk melacaknya kembali akan membutuhkan data intelijen Barat yang sangat akurat.
Situasi ini menambah kompleksitas pada upaya internasional untuk mengekang program nuklir Iran, dengan bayang bayang sembilan bom nuklir yang berpotensi mengancam keamanan regional.