Dalam wawancara dengan koran Perancis al Pais yang dirilis kemarin, Bashar Assad dengan tegas mengatakan, "...Jika itu terjadi [pengiriman pasukan Saudi dan Turki ke Suriah], kami akan menghadapi mereka sebagaimana kami menghadapi teroris. Kami akan mempertahankan negara kami."
Menurut dia, Saudi dan Turki tak berhak campur tangan, baik secara politik atau militer, di Suriah dan pengiriman pasukan ke Suriah akan menjadi sebuah pelanggaran hukum internasional.
Bashar Assad juga menegaskan pemerintah Suriah siap melakukan negosiasi dengan warga Suriah, tapi pihaknya tak akan bernegosiasi sama sekali dengan para teroris.
Sebuah kelompok kerja untuk menghentikan permusuhan di Suriah akan berlangsung di Jenewa pekan depan. Kelompok ini ditelurkan dalam pertemuan Kelompok Dukungan Suriah (SSG) di Munich pada 11-12 Februari lalu.
Di mata Presiden Suriah itu, penyelesaian krisis berdarah yang mendera negaranya tergantung pada banyak hal, bukan semata pada deklarasi gencatan senjata. Penyelesaian itu, katanya, "Juga terkait faktor-faktor yang lebih penting, [seperti] mencegah teroris menggunakan gencatan senjata atau penghentian permusuhan untuk memperbaiki kondisi mereka. Ini tentang [bagaimana] mencegah negara-negara lain, terutama Turki, dari mengirim banyak rekrutan, teroris, senjata, atau dukungan logistik lainnyapada teroris-teroris itu."
Jika faktor-faktor tersebut tak ditangani segera dalam gencatan senjata maka Suriah hanya akan semakin terpuruk dalam instabilitas dan kekacauan. Apalagi saat ini, 'ada 80 lebih negara yang mendukung teroris-teroris itu dalam berbagai cara,' katanya.
Meski Suriah bisa melawan, tapi karena para teroris itu mendapat dukungan internasional maka Suriah pada akhirnya memerlukan bantuan internasional juga untuk memerangi teroris. Dalam hal ini, Assad berterima kasih pada Iran dan Rusia yang sudah membantu perjuangan Suriah.
0 Comments
