Feb 8, 2018
China Kerahkan Jet Tempur Su-35 ke Laut China Selatan
Berita Militer - Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengumumkan pengerahan sejumlah pesawat jet tempur, termasuk Su-35, ke kawasan Laut China Selatan. Pengerahan itu diklaim untuk latihan militer dalam kondisi tempur.
Dalam pengumuman yang dikeluarkan pejabat PLA hari Rabu, pelatihan itu juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan jet-jet tempur Beijing dalam kondisi jarak jauh atau tinggi dari laut.
Pejabat tersebut tidak merinci jumlah jet tempur yang terlibat dalam latihan militer.
Berbicara kepada Global Times, Xu Guangyu, pensiunan jenderal dan penasihat senior Asosiasi Pengendalian dan Perlucutan Senjata China, mencatat bahwa pelatihan pilot untuk pesawat-pesawat jet tempur baru itu bergerak cepat.
”Selain J-20, jet tempur generasi keempat buatan China, Su-35 lebih maju daripada jet tempur China lainnya pada saat ini,” kata Xu. ”Kami baru saja menerima sekelompok jet tempur dari Rusia tahun lalu dan sekarang kami bisa memasukkan mereka ke dalam misi tempur sesungguhnya di Laut China Selatan,” ujarnya, yang dilansir Kamis (8/2/2018).
”Ini juga menunjukkan bahwa kerja sama militer China-Rusia solid, saling menguntungkan dan dapat diandalkan,” imbuh dia.
China dan Rusia menutup kesepakatan untuk pengiriman 24 jet tempur Su-35 dengan nilai kontrak sekitar USD2 miliar pada bulan November 2015. Empat jet tempur pertama dikirim pada akhir 2016, sedangkan unit tambahan diserahkan pada tahun 2017. Sisanya lagi akan dipasok pada tahun 2018.
Xu berpendapat, pengerahan jet tempur Su-35 kemungkinan sebagai respons atas insiden pada Januari 2018 di mana sebuah kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat patroli terlalu dekat ke pulau yang jadi sengketa antara China dan Filipina.
”Munculnya jet tempur PLA canggih, yang mampu menyerang kapal perang di permukaan di wilayah ini adalah semacam reaksi terhadap provokasi dari AS,” kata Xu.
Kapal perang AS, USS Hopper, pada Januari lalu patroli dalam jarak 12 mil laut dari Scarborough Shoal, pulau yang disengketakan oleh Beijing dan Manila. Oleh China pulau itu dinamai Pulau Huangyan.
Patroli kapal perang Washington itu memicu protes keras dari Beijing yang menganggapnya sebagai provokasi.
Namun, AS menjawab dengan menegaskan kembali haknya untuk melakukan patroli di perairan internasional dalam misi kebebasan bernavigasi.
Sumber : Sindonews
1 Comments