Angkatan Laut Iran menyatakan telah mengendalikan Teluk Persia dan Selat Hormuz. Setiap kapal perang asing, terutama dari Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dilarang memasuki kawasan perairan tersebut.
Pernyataan ini disampaikan komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Iran, Laksamana Muda Alireza Tangsiri, pada hari Senin petang.
"Kami dapat memastikan keamanan Teluk Persia dan tidak perlu kehadiran alien seperti AS dan negara-negara yang rumahnya tidak di sini," kata Tangsiri, seperti dilansir kantor berita Tasnim.
"Memiliki 'orang luar' mengoperasikan kapal bertenaga nuklir di Teluk menciptakan potensi masalah lingkungan bukan hanya bagi Iran tetapi tetangga Arab-nya juga," ujar Tangsiri.
Dia juga menuduh musuh Iran salah mengartikan kenyataan, di mana Teheran dituduh mengerahkan pasukan ke wilayah itu dan menjual senjatanya.
Komentar Tangsiri muncul beberapa pekan setelah media-media AS memperingatkan bahwa Teheran kemungkinan akan menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran penting untuk ekspor minyak Teluk. Jalur itu setiap harinya dilewati kapal tanker pembawa 18,5 juta barel minyak mentah.
Pernyataan laksamana Iran itu mengusik militer AS, yang memandang dirinya sebagai pelindung utama keamanan dan stabilitas di Teluk. "AS dan sekutu Arab-nya siap untuk memastikan kebebasan navigasi dan arus perdagangan bebas di mana pun hukum internasional mengizinkan," kata Letnan Chloe Morgan, juru bicara Komando Pusat Angkatan Laut AS, kepada Fox News, yang dilansir Selasa (28/8/2018).
Hubungan yang sudah tidak nyaman antara Washington dan Teheran telah merosot sejak Mei, ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 yang dinegosiasikan oleh pendahulunya, Barack Obama.
Iran, Eropa, Rusia dan China tetap mempertahankan kesepakatan nuklir 2015. Namun, AS telah menerapkan kembali beberapa sanksi yang ditangguhkan dan mengancam akan menghukum siapa pun yang melakukan bisnis dengan Iran.
Teheran telah menanggapi dengan meluncurkan senjata terbaru buatan sendiri, termasuk jet tempur dan rudal balistik jarak pendek. Tak hanya itu, Teheran juga melakukan latihan angkatan laut dengan kapal-kapal kecil di Selat Hormuz.
Awal bulan ini, mantan penasihat keamanan nasional era Obama, James Jones, menggambarkan Iran sebagai ancaman eksistensial bagi kawasan Teluk. Komentar itu disampaikan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Abu Dhabi, The National.
"Saya pribadi ingin melihat, jika mereka pernah melakukan sesuatu di Selat Hormuz, saya ingin melihat angkatan laut mereka menghilang," kata Jones, yang sekarang menjabat sebagai ketua sementara kelompok think tank Atlantic Council.
Pernyataan ini disampaikan komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Iran, Laksamana Muda Alireza Tangsiri, pada hari Senin petang.
"Kami dapat memastikan keamanan Teluk Persia dan tidak perlu kehadiran alien seperti AS dan negara-negara yang rumahnya tidak di sini," kata Tangsiri, seperti dilansir kantor berita Tasnim.
"Memiliki 'orang luar' mengoperasikan kapal bertenaga nuklir di Teluk menciptakan potensi masalah lingkungan bukan hanya bagi Iran tetapi tetangga Arab-nya juga," ujar Tangsiri.
Dia juga menuduh musuh Iran salah mengartikan kenyataan, di mana Teheran dituduh mengerahkan pasukan ke wilayah itu dan menjual senjatanya.
Komentar Tangsiri muncul beberapa pekan setelah media-media AS memperingatkan bahwa Teheran kemungkinan akan menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran penting untuk ekspor minyak Teluk. Jalur itu setiap harinya dilewati kapal tanker pembawa 18,5 juta barel minyak mentah.
Pernyataan laksamana Iran itu mengusik militer AS, yang memandang dirinya sebagai pelindung utama keamanan dan stabilitas di Teluk. "AS dan sekutu Arab-nya siap untuk memastikan kebebasan navigasi dan arus perdagangan bebas di mana pun hukum internasional mengizinkan," kata Letnan Chloe Morgan, juru bicara Komando Pusat Angkatan Laut AS, kepada Fox News, yang dilansir Selasa (28/8/2018).
Hubungan yang sudah tidak nyaman antara Washington dan Teheran telah merosot sejak Mei, ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 yang dinegosiasikan oleh pendahulunya, Barack Obama.
Iran, Eropa, Rusia dan China tetap mempertahankan kesepakatan nuklir 2015. Namun, AS telah menerapkan kembali beberapa sanksi yang ditangguhkan dan mengancam akan menghukum siapa pun yang melakukan bisnis dengan Iran.
Teheran telah menanggapi dengan meluncurkan senjata terbaru buatan sendiri, termasuk jet tempur dan rudal balistik jarak pendek. Tak hanya itu, Teheran juga melakukan latihan angkatan laut dengan kapal-kapal kecil di Selat Hormuz.
Awal bulan ini, mantan penasihat keamanan nasional era Obama, James Jones, menggambarkan Iran sebagai ancaman eksistensial bagi kawasan Teluk. Komentar itu disampaikan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Abu Dhabi, The National.
"Saya pribadi ingin melihat, jika mereka pernah melakukan sesuatu di Selat Hormuz, saya ingin melihat angkatan laut mereka menghilang," kata Jones, yang sekarang menjabat sebagai ketua sementara kelompok think tank Atlantic Council.
Sindo