Berita Militer - Sekitar 10 ribu tentara Amerika Serikat (AS) akan tewas hanya dalam beberapa hari pertama jika terlibat perang dengan Korea Utara (Korut). Hal tersebut diungkapkan oleh perencana militer AS.
Sebuah laporan yang dirilis New York Times menyebutkan sebuah latihan militer yang dirahasikan telah dilakukan pada pekan lalu. Latihan tersebut dihadiri oleh kepala staf Angkatan Darat AS Jenderal Mark Milley dan Kepala Staf Komando Operasi Khusus Tony Thomas.
Latihan tersebut menguji skenario hipotesis tentang bagaimana pasukan AS akan memobilisasi dan menyerang jika diperintahkan untuk melakukan perang potensial.
"Table top exercise", yang diadakan beberapa hari di Hawaii, dilakukan untuk mengalahkan tantangan terbesar yang dapat menghambat serangan AS terhadap militer Korut.
Jumlah korban yang diderita AS juga diperparah oleh kemampuan Pentagon yang terbatas untuk mengevakuasi pasukan yang terluka setiap hari, dan kemungkinan Pyongyang membalas dengan senjata kimia.
Korban sipil akan jauh lebih besar dari korban awal tentara AS, dan berpotensi mencapai ratusan ribu, kata komandan.
Sementara sekitar 28.500 tentara AS berada di pangkalan militer Korea Selatan (Korsel) yang berada di Ibu Kota Seoul, sebuah kota berpenduduk sekitar 24 juta jiwa. Seoul sendiri relatif tidak aman karena berada dalam jangkauan senjata berat artileri Korut yang ditempatkan di sepanjang perbatasan.
Potensi kerugian manusia dari perang pun begitu tinggi sehingga, pada satu saat dalam latihan tersebut, Jenderal Milley mengatakan bahwa "kebrutalan ini akan berada di luar pengalaman tentara yang masih hidup," tulis New York Times seperti dikutip dari Telegraph, Sabtu (3/3/2018).
Kepala Pentagon memperingatkan bahwa sesi perencanaan tidak berarti bahwa sebuah keputusan telah dibuat untuk berperang dengan tujuan untuk membatasi ambisi nuklir Pyongyang.
Di belakang sebuah mencairnya hubungan diplomatik dengan Korsel selama Olimpiade Musim Dingin, Pyongyang mengindikasikan bahwa mereka bersedia untuk membuka dialog dengan Washington.
Tanggapan Presiden Trump bahwa AS ingin berbicara juga tapi hanya dalam kondisi yang benar telah menciptakan secercah harapan akan solusi diplomatik. Namun desakan Amerika bahwa denuklirisasi harus berada di atas meja tetap merupakan titik tersulit yang mengakar.
Situasi yang tidak dapat diprediksi telah memicu kekhawatiran di kalangan pemimpin militer AS mengenai "tangga eskalasi", di mana sebuah insiden sekecil apapun dapat menyebabkan krisis militer meluncur lepas kendali.
Menteri Pertahanan Jim Mattis mengatakan bahwa perang dengan Korut akan menjadi "bencana besar" namun kabarnya telah memerintahkan pejabat tinggi Pentagon untuk bersiap menghadapi kemungkinan tindakan militer.
Di antara rencana yang dibahas minggu lalu adalah pemindahan sejumlah besar pesawat pengintai dari Timur Tengah dan Afrika ke Pasifik untuk mendukung pasukan darat.
Perencana juga melihat bagaimana pasukan Amerika yang ditempatkan di Jepang dan Korsel akan dilibatkan.