Irib - Seorang pejabat senior Iran mengecam ancaman militer terhadap Republik Islam yang dinilai “sekedar gertakan”, menyusul laporan tentang rencana agresi Arab Saudi.
“Negara-negara
yang mengancam Iran dengan agresi militer dan pihak-pihak yang
mendorong mereka untuk melakukannya hanya sekedar menggertak,” kata Ali
Akbar Velayati, penasehat Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam
Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, dalam konferensi pers Rabu
(22/7/2015) usai pertemuan dengan Sekretaris Negara di Kementerian
Luar Negeri Swiss, Yves Rossier, yang berkunjung ke Tehran.
Velayati
lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak ada negara yang cukup besar untuk
mengancam dan tidak menghormati bangsa Iran sebagai “kekuatan nomor satu
di kawasan.”
Komentar
itu dikemukakan Velayati, setelah kesepakatan nuklir sementara antara
Iran dan enam kekuatan dunia memancing kemarahan rezim Arab Saudi dan
mendorong mereka untuk melontarkan ancaman agresi militer terhadap
Republik Islam.
“Dengan
asumsi bahwa ancaman itu benar, harus dikatakan bahwa bahkan
negara-negara yang lebih besar [saja] belum berani untuk tidak
menghormati bangsa Iran,” kata Velayati.
Dalam
sebuah laporan yang diterbitkan Daily Star pekan lalu, mantan kepala
intelijen Arab Saudi, Pangeran Bandar bin Sultan mengklaim bahwa
terobosan terbaru dalam perundingan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1
“dapat mendatangkan malapetaka” di Timur Tengah. Bandar juga menyatakan
bahwa Arab Saudi dan sekutunya di kawasan siap untuk memulai aksi
militer anti-Iran tanpa dukungan Amerika Serikat.