Kantor berita Reuters, pada Kamis (1/10/2015) melaporkan bahwa serangan Rusia tak hanya ditargetkan pada militan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tapi juga ditargetkan terhadap kelompok pemberontak atau oposisi di Provinsi Homs.
Kepala oposisi Suriah, Khaled Khoja, yang menuduh pemboman militer Rusia menewaskan 36 warga sipil Suriah. ”Rusia berniat untuk tidak melawan ISIS, tetapi untuk memperpanjang umur (Presiden Suriah Bashar) Assad,” kata Khoja.
Kepala Pentagon atau Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, mengecam “amukan” militer Rusia di Suriah yang dia anggap tidak ditargetkan pada ISIS..
”Pendekatan Rusia ini pasti gagal,” kata Carter. ”Saya berharap bahwa mereka datang ke sebuah sudut pandang mana mereka mencoba untuk mengejar tujuan mereka dengan cara yang berbeda, yang lebih masuk akal,” katanya lagi.
”Serangan mereka itu tidak muncul di daerah di mana mungkin ada pasukan ISIS,” lanjut Carter. Dia mengecam aksi militer Rusia yang dia tuding hanya untuk melanggengkan kekuasaan rezim Assad.
”Dengan mendukung Assad dan tampaknya menumpas semua orang yang berjuang melawan Assad, Anda mengambil seluruh sisa negara Suriah,” kritik Carter. ”Itu bukan posisi kami. Setidaknya beberapa bagian dari kelompok oposisi anti-Assad termasuk dalam transisi politik ke depan. Itu sebabnya pendekatan Rusia pasti gagal.”
Rusia sendiri mengklaim serangan militer mereka terhadap ISIS di Suriah efektif. Kremlin membantah laporan bahwa serangan militer mereka menyasar warga sipil Suriah. - sindo
Baca Juga :