Pembebasan Aleppo dan Mosul dari para pemberontak-teroris ISIS menjadi pukulan sangat menyakitkan bagi koalisi zionis Amerika-Saudi-Turki. Bertahun-tahun upaya keras mereka, dengan sumber daya yang tidak terhingga, untuk menyingkirkan Bashar al Assad dan memarginalkan Iran dari Irak, sia-sia sudah.
Semuanya terjadi setelah Rusia, sejak September 2015 lalu, menerjunkan diri membantu Bashar al Assad. Maka, sebelum semuanya itu terjadi, Rusia harus 'ditampar'. Dan tidak ada tamparan yang lebih keras bagi Rusia daripada merebut Palmyra.
Sebagai kota kuno peninggalan kebudayaan awal Kristen, Rusia, yang mayoritas warganya adalah penganut Kristen Orthodok sebagaimana warga Palmyra, menjadikannya sebagai simbol keberadaan Rusia di Suriah bahkan Timur Tengah. Tidak berlebihan, Rusia mengerahkan pasukannya besar-besaran untuk membantu Suriah merebut kota ini pertengahan tahun ini. Dan setelah berhasil menguasai kota ini, Rusia pun menggelar konser musik klasik di kota ini. Kemudian, untuk menjamin kota ini tidak lagi jatuh ke tangan pemberontak, detasemen khusus militer Rusia pun ditempatkan di kota ini.
Untuk merebut Palmyra, koalisi zionis internasional pun mengerahkan ribuan anggota kelompok pemberontak dan teroris ISIS yang melarikan diri dari Mosul Irak, Idlib hingga Raqqa Suriah. Mereka dilengkapi dengan segala senjata yang bisa diberikan koalisi zionis, mulai dari rudal anti-tank TOW, rudal anti-pesawat MANPAD, artileri, dan tank. Namun, senjata mereka yang paling mematikan adalah bom bunuh diri yang dipasang di kendaraan lapis baja, yang melaju menembus garis perbatasan lawan.
Berikut ini adalah penuturan Omar Dirmam, seorang prajurit Suriah tentang kejatuhan kota Palmyra ke tangan ISIS bulan ini, yang dituliskan kembali oleh Jim W. Dean di Veterans Today, 14 Desember, dengan judul 'Loss of Palmyra – a soldiers diary'.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kejatuhan Palmyra. Selain senjata canggih dan determinasi tinggi para anggota ISIS, sebagian dipengaruhi oleh doktrin jihad yang mereka terima dari para mentor mereka hingga rela menjadi pelaku bom bunuh diri, atau karena pengaruh obat-obatan dan cuci otak sebagain bagian dari program operasi CIA, juga karena moral pasukan koalisi Suriah sendiri yang lemah.
Sebagaimana penuturan prajurit tersebut, pasukan elit Suriah Tiger Force, yang berada di Palmyra telah lima bulan tidak menerima gaji. Kondisi lebih buruk tentu dialami oleh pasukan 'biasa' dan para anggota milisi Suriah. Ini tentu menurunkan moral mereka untuk bertempur membela negara.
Selain itu, milisi-milisi asing, terutama milisi Shiah dari Irak dan Afghanistan, tentu juga tidak begitu bersemangat untuk mempertaruhkan nyawa membela kota Kristen yang bukan tanah airnya. Mereka mungkin akan bertempur sampai mati menjaga makam Sayidah Zainab di Damaskus, namun tidak untuk Palmyra.
Timeline penguasaan kota Palmyra oleh Isis
Sabtu, 10 Desember 2016, Palmyra, 8 pagi.
Peringatan bahaya serangan ISIS oleh Rusia berdasarkan foto satelit mereka, berulangkali disampaikan. Pesawat-pesawat pembom menyerang beberapa ladang minyak di sekitar kota dan
tidak cukup waktu untuk melakukan persiapan.
Pangkalan militer as-Savamiyah dan sekitarnya, 10 pagi.
Pangkalan ini berada 15 km sebelah timur Palmyra di antara Jalan Raya as-Suhna. Pasukan pertahanan di sini mencakup Military Security Shield Forces, pasukan khusus al-Badia dengan unit-unit berbeda, as-Saima, Zanubiya, Heart of Syria, dan unit-unit ash-Sheikh Suleiman. Secara keseluruhan 1.800 prajurit. Kemudian pasukan Divisi ke-11 dan Divisi ke-18 yang dilengkapi dengan 6 meriam artileri 130-mm, 6 meriam artileri 122-mm, 7 peluncur roket Grad dan 12 tank.
Kemudian legion al-Faminiyun (milisi Shiah Afghanistan yang dilatih dan dikirim oleh Iran) berjumlah 1.200 militan dan sejumlah besar peralatan militer. Terakhir adalah 150 personil Tiger Forces untuk mempertahankan bagian terlemah di wilayah tenggara.
Secara keseluruhan semuanya adalah kekuatan militer yang cukup besar. Maka, ketika 'serangan' ISIS dimulai dengan dua kendaraan taktis dan satu tank yang melaju cepat di jalan raya As-Suha dan telah diketahui 7 km dari pangkalan oleh pos pengamatan di Bukit at-Tar, reaksi yang dilakukan berjalan lamban.
Mulanya, pesawat-pesawat pembom berhasil menghancurkan dua kendaraan taktis, namun tank tersebut, yang kemudian diketahui mengangkut 10 ton bahan peledak, tetap melaju kencang ke arah as-Savamiyah. Tanpa diketahui penyebabnya, senjata-senjata anti-tank Konkurs yang dimiliki pasukan Divisi ke-18 tidak bereaksi. Pada jarak hanya 200 meter dari pengkalan, tank tersebut baru bisa dihentikan dengan senjata anti-tank.
Namun terlambat. Dampak ledakan begitu hebat sehingga menimbulkan kerusakan hingga radius 400 meter. Kepanikan langsung menghinggapi pasukan yang berada di pangkalan. Satu demi satu mereka meninggalkan posisinya. Dimulai oleh legion al-Faminiyun, diikuti oleh pasukan Divisi ke-18 dan Shield Force. Lebih menyedihkan lagi, mereka tidak mundur terorganisir ke Palmyra untuk membuat pertahanan baru, melainkan pergi begitu saja.
Pasukan Divisi ke-11 juga mundur. Namun mereka melakukannya secara terorganisir dan bergerak ke Palmyra dengan membentuk pertahanan baru.
Dengan mundurnya pasukan-pasukan itu, yang tersisa adalah pasukan Tiger Force yang menjaga wilayah tenggara dan dan personil angkatan udara yang menjaga pangkalan udara di tempat itu. Semuanya hanya sekitar 100 personil
Area Bukit at-Tar, 11 pagi.
Bukit ini berada di tenggara Palmyra. Dari atas bukit ini wilayah Palmyra, as-Savamiyah dengan jalan raya As-Suha terlihat jelas sehingga memungkinkan dilakukannya kontrol atas wilayah Palmyra timur. Untuk merebut Palmyra, selain merebut as-Savamiyah, menguasai bukit ini adalah syarat lainnya.
Untuk menghindari serangan udara, ISIS biasanya memulai serangan dengan bom-bom mobil sebagaimana serangan ke as-Savamiyah, dilanjutkan dengan serangan pasukan infantri pejalan kaki.
Di bawah bukit terdapat 2 pos pasukan Divisi ke-18 yang terpisah. Kemudian di atas bukit terdapat 500 pasukan Tiger Force yang menjaga. Pada saat pasukan meninggalkan as-Savamiyah, kepanikan pun melanda pasukan ini hingga sekitar separoh di antaranya melakukan desersi, dengan dalih belum menerima gaji selama 5 bulan.
Perlu digaris bawahi bahwa dalam kondisi normal, satu 'divisi' pasukan biasanya berjumlah sekitar 20 sampai 30 ribu pasukan. Namun di Suriah, ketika puluhan ribu pasukan tentara nasionalnya (Syrian Arab Army) kehilangan nyawa selama konflik, jumlah pasukan dalam satu divisi hanya beberapa ribu orang saja.
Serangan ke Bukit at-Tar dimulai dengan penembakan artileri dan mortar oleh ISIS. Kemudian empat truk pick-up bersenapan mesin serta dua tank bergerak cepat ke arah bukit. Sementara di antara pasukan penjaga bukit, tidak ada senjata anti-tank yang cukup efektif. Dua tank pasukan Divisi-18 di bawah bukit dengan cepat dihancurkan dengan senjata anti-tank ISIS.
Maka pasukan infantri Divisi ke-18 harus bertempur habis-habisan untuk mencegah tank-tank dan truk pick-up itu mencapai puncak bukit. Pertempuran menjaga bukit at-Tar pun berlangsung sengit hingga jam 17.00 dengan korban berjatuhan di kedua pihak. Serangan bom mobil dan infantri ISIS berhasil digagalkan, namun karena ISIS terus menyerang, pasukan Divisi ke-18 akhirnya menarik diri ke arah pangkalan udara.
Pada pertempuran jarak dekat ini serangan udara menjadi tidak efektif, sehingga pesawat-pesawat udara Rusia dan Suriah hanya bisa menyerang garis belakang musuh.
Palmyra, 17.00 sore.
Pasukan Rusia di Palmyra meledakkan gudang amunisinya sebelum pergi untuk mencegahnya jatuh ke tangan ISIS. Langit di atas Palmyra berubah menjadi pesta kembang api namun menakutkan semua warga. Tidak lama kemudian evakuasi pun dilakukan di seluruh kota.
Palmyra, 18.00 sore
Kota telah sepi setelah ditinggalkan warganya. Sebagian pasukan yang menjaga kota juga telah pergi meninggalkan sejumlah kecil pasukan penjaga dan polisi. Komandan pasukan al-Badia yang bertugas menjaga keamanan kota, Mayjend Shaulat Hawali, terus bergerak bersama mobil komandonya, Cadillac berlapis baja. Namun itu hanyalah pengalihan belaka, karena ternyata 2.500 personil Al Badia dan Shield Forces yang seharusnya menjaga Palmyra, telah meninggalkan kota ini. Mayjend Hawali hanya ditemani oleh 10 perwira dan satu truk pick-up pasukannya.
Di luar itu hanya ada sejumlah pasukan Divisi ke-11 dan Tiger Forces yang masih berada di Palmyra, namun kondisi mereka berserak tanpa komando yang kuat. Pasukan Tiger Force mengambil alih kepemimpinan dan melaporkan situasi terkini. Komandan tertinggi pasukan tersebut, Mayjend Suheil, hanya bisa menjanjikan bantuan 'secepat mungkin' dan memerintahkan pasukan untuk tidak pergi.
Palmyra, 24.00 malam.
Sampai tengah malam bantuan yang dijanjikan tidak juga datang. Namun pasukan penjaga merasa cukup senang ketika 100 anggota legion al-Faminiyun dan 70 anggota pasukan Divisi ke-18 datang.Pasukan yang tinggal, terutama dari Divisi ke-11 dan Tiger Force, membangun garis pertahanan di sebelah timur kota. Dua tank dan 40 prajurit menjaga Jalan Raya as-Suhna yang membentang dari timur ke dalam kota.
Minggu 11 Desember 2016, Palmyra, 01.00 dinihari.
Sebuah bom mobil yang dikemudikan anggota ISIS menghantam pertahanan pasukan Divisi ke-11 di Jalan Raya as-Suhna, menghancurkan dua tank yang ditempatkan di sana. Beberapa prajurit tewas, namun tidak ada yang melarikan diri. Sekitar 60 prajurit Tiger Forces datang untuk memberikan bantuan dan memblokir akses ke pemukiman Al-Ameria dan perbukitan Al-Ameria yang telah kosong ditinggalkan warga. Kawasan Pergudangan 410 di Jalan Raya Raqqa tidak ada yang menjaga karena kurangnya personil.
Palmyra, 03.00 dinihari.
Komandan Tiger Force Mayjend Suhail kembali menghubungi dan memberikan semangat pada anak buanya untuk bertahan sembari menunggu bantuan yang tidak bisa dipastikan kedatangannya.
Kecemasan melanda seluruh pasukan pada kawasan Pergudangan 410 yang kosong tanpa penjagaan. Namun tidak ada yang dilakukan karena kurangnya personil.
Palmyra, 09.00 pagi.
Serangan ISIS berlangsung simultan ke dua posisi, Bukit at-Tar dan al-Ameria di Timur Laut Palmyra. Pada malam sebelumnya sekelompok teroris telah menyusup kawasan al Amerika. Tiba-tiba mereka menyerang dari wilayah itu, dibantu kemudian oleh serangan dari kawasan Pergudangan 410.
Dengan dikuasainya perbukitan Al-Ameria memungkinkan para teroris menembaki seluruh wilayah kota Palmyra. Para prajurit di jalanan menjadi sasaran empuk mereka.
Jabal at-Tar, 09 pagi.
Bersamaan dengan serangan di al-Amerika empat tank dan tiga truk pick-up ISIS menyerbu bukit at-Tar. Dilanda kelaparan dan kedinginan, para prajurit Tiger Force mempertahankan bukit itu mati-matian. Namun bukit ini baru jatuh setelah ISIS hampir kehabisan pasukannya.
Palmyra, 11.00.
Dengan jatuhnya perbukitan Al Amerika dan at-Tar, Palmyra menjadi sasaran empuk ISIS. Mereka menembaki pasukan Suriah di jalanan sesukanya. Pasukan yang tinggal terpaksa meninggalkan kota dan bergerak ke selatan untuk bertahan di Benteng al-Bayarat.
Palmyra, 13.00
Penarikan pasukan berjalan dramatis. Sekitar 200 prajurit Tiger Force menjadi pelindung pasukan yang mundur dengan mengandalkan 2 tank dan sejumlah senapan mesin.
Namun ISIS telah menguasai jalan ke arah Al Bayarat sehingga para prajurit pun merasa putus asa. Dalam situasi genting, enam helikopter Mi-28 muncul untuk memberikan perlindungan, tiga helikopter menembaki ISIS di kiri jalan dan tiga lainnya di kanan jalan. Akhirnya pasukan pun berhasil mencapai Al Barayat. Namun, Palmyra tidak bisa lagi dipertahankan.