Liputan Islam - TV al-Mayadeen dalam berita terbarunya dini hari Sabtu
(28/3/2015) melaporkan satu pesawat tempur pasukan koalisi pimpinan Arab
Saudi anti Yaman rontok, sementara pilotnya tertangkap.
Menurut TV yang berbasis di Lebanon itu, pesawat itu tersambar peluru
penangkis serangan udara tentara Yaman kemudian jatuh di kawasan Bani
Hashis di utara Sanaa, dan pilotnya yang berasal dari Sudan tertangkap.
Pesawat tempur itu tertembak jatuh satu jam setelah koalisi anti
Yaman mulai melancarkan serangan udara lagi ke Yaman dengan membombardir
Sanaa, ibu kota Yaman.
Bersamaan dengan ini, tentara Yaman terlibat pertempuran sengit
dengan para loyalis presiden Yaman tersingkir Abd Rabbuh Mansur Hadi di
jalan raya al-Arqub yang mengarah ke Zanjibar.
Para pejabat Kementerian Kesehatan Yaman Jumat (27/3/2015) menyatakan
sedikitnya 60 warga sipil, termasuk perempuan dan anak kecil, terbunuh
akibat serangan udara Arab Saudi dan negara-negara sekutunya pada hari
itu.
Pemimpin gerakan Ansarallah (al-Houthi) Yaman, Abdel Malik al-Houthi,
menyatakan pihaknya telah membentuk lima front untuk menghadapi agresi
pasukan asing.
Sebagaimana dilansir TV al-Masirah Yaman, al-Houthi merinci
bahwa front pertama adalah front keamanan militer yang bertugas melawan
agresi asing, front kedua untuk mengendalikan urusan dalam negeri dan
mencegah kacaunya lembaga-lembaga publik, front ketiga bertugas
menggalang bantuan dari pengusaha dan warga untuk para pejuang, front
keempat membidangi media dengan misi melawan propaganda anti Yaman di
dalam dan luar negeri, dan front kelima atau yang terakhir ialah front
mobilisasi rakyat yang antara lain dilakukan oleh para khatib, da’i dan
ulama untuk menggerakkan masyarakat agar bangkit melawan agresor asing.
Seperti diketahui, Arab Saudi melancarkan invasi ke Yaman sejak dini
hari Kamis (26/3/2015) . Pada hari itu dilaporkan bahwa sekitar 40 orang
terbunuh dan 60 lainnya luka-luka, termasuk perempuan dan anak kecil.