LiputanIslam– Petinggi gerakan
Ansarullah bidang media, Nasruddin Amir, Minggu (29/3/2015) mengancam
bahwa rakyat Yaman akan mengubah peta kawasan dan akan ada kejadian tak
terduga di Arab Saudi. Bersamaan dengan ini, dua polisi Saudi di Riyadh
menderita luka-luka diserang kawanan tak dikenal.
“Orang-orang Yaman di lapangan bertindak berdasarkan realitas dan
jauh dari keputusan para pemimpin Arab. Isu Yaman melampaui pertemuan
puncak Arab dan statemen-statemen absurd dan tanpa dasar para pemimpin
Arab pengikut Amerika Serikat. Kami tidak takut kepada keputusan,
pernyataan, dan deklarasi Liga Arab,” ungkapnya dalam wawancara dengan Alalam.
Dia menambahkan, “Mengapa Abdel Fattah el-Sisi (Presiden Mesir)
membual tentang perjanjian-perjanjian internasional yang dia sendiri
melanggarnya? Mengapa mereka berbicara tentang kebebasan rakyat dalam
pemilihan para pemimpinnya, sedangkan mereka sendiri hendak memaksakan
Abd Rabbuh Mansur Hadi (presiden Yaman tersingkir) terhadap kami dengan
menggunakan kekuatan senjata?”
Lebih jauh Nasruddin Amir bersumpah bahwa rakyat Yaman di lapangan
akan membalas tindakan Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi.
“Rakyat Yaman, tak hanya Ansarullah, siap memberikan balasan telak bagi Arab Saudi,” tegasnya.
Menurutnya, Saudi mengobarkan perang karena Riyadh takut menyaksikan
Yaman berubah menjadi sebuah negara yang bebas, independen dan tidak
menuruti segala keputusan rezim Saudi.
Kepada rezim Arab dia mengingatkan bahwa di Saudi dalam waktu akan ada kejadian tak terduga.
“Di sisi perbatasan kalian telah menciptakan musuh yang akan membuat
kalian tidak akan pernah dapat melupakan agresi kalian,” tandas
Nasruddin Amir.
Sementara itu, dua orang polisi di Riyadh, ibu kota Saudi, dilaporkan menderita luka-luka diserang kawanan tak dikenal.
AFP melaporkan bahwa dua perwira polisi Saudi diserang
kawanan tak dikenal ketika sedang melakukan patroli di Riyadh, dan
peristiwa ini terjadi meskipun dalam beberapa hari ini sistem keamanan
di Saudi diperketat sesuai instruksi Menteri Dalam Negeri Saudi,
Mohammad bin Nayef.
Sejauh ini belum ada kelompok yang menyatakan bertanggungjawab atas serangan tersebut.