Khartoum (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Sudan Ali Karti mengatakan negaranya tak pernah memiliki persekutuan dengan Iran.
"Sudan tidak pernah menjadi sekutu Iran. Memang ada hubungan normal
antara Sudan dan Iran sebagai negara Islam. Rumor tentang adanya
persekutuan dengan Iran telah dikoreksi," kata Karti kepada wartawan
pada Minggu (29/3) sekembalinya dari memimpin delegasi Sudan ke
Pertemuan Puncak Arab di Sharm Esh-Sheikh, Mesir.
"Hubungan dengan Iran normal, namun ketika beberapa pusat kebudayaan
Iran melenceng dari jalur tentu mereka mengatasinya dan menutupnya,"
kata Karti sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Sementara itu, Karti menganggap keikutsertaan Sudan dalam Operasi
Badai Penentu melawan petempur Al-Houthi di Yaman sebagai bukti peran
pelopor Sudan di kalangan negara Arab.
"Keikutsertaan Sudan dalam Operasi Badai Penentu muncul dari
keinginan mewujudkan keamanan Arab dan regional, mencapai kestabilan di
Yaman dan memulihkan keabsahan Presiden Abd-Rabbou Mansour Hadi,"
katanya.
Ia menegaskan pembentukan pasukan militer gabungan Arab adalah hasil
paling penting Pertemuan Puncak Arab, yang dituan-rumahi oleh Mesir
pada Sabtu (27/3).
Ia menyatakan, "gabungan kekuatan Arab ditujukan untuk menghadapi tantangan bangsa Arab dan memerangi aksi teror."
Sementara Presiden Sudan Omar Al-Bashir kembali ke Khartoum pada
Minggu, setelah mengunjungi Arab Saudi lalu ke Mesir, tempat ia memimpin
delegasi Sudan ke Pertemuan Puncak Arab di Sharm Esh-Sheikh.
Ribuan pendukung Omar Al-Bashir berkumpul di Bandar Udara Khartoum
untuk menyambut kedatangannya dengan membawa spanduk yang memperlihatkan
dukungan bagi keputusan Khartoum untuk ikut dalam Operasi Badai
Penentu.
Arab Saudi pada Kamis (26/3) mengumumkan dilancarkannya operasi di
Yaman, yang diikuti oleh lebih dari 10 negara, termasuk Sudan.