Baru-baru ini wacana tentang penyelidikan kejahatan perang oleh Rusia di Aleppo, Suriah, mengemuka dalam pemberitaan media-media massa internasional. Namun, tiba-tiba saja wacana yang digaungkan oleh para pejabat dan media-media massa utama Amerika ini lenyap seketika. Apa yang terjadi?.
Kejahatan perang Amerika sudah sedemikian besar di negara-negara Islam paska kampanye ‘perang melawan terorisme’ yang digaungkan oleh Presiden George ‘Dubya’ Bush, Jr tahun 2001. Dan publik dunia sudah terlalu cerdas untuk dikelabuhi. Maka, ketika Rusia menggertak untuk membongkar kejahatan-kejahatan itu, Amerika pun langsung bungkam.
“Jika tentang kejahatan perang, para pejabat Amerika harus mulai dengan Irak, kemudian ke Libya, pastikan kemudian ke Yaman, temukan apa yang terjadi di sana. Saya ingin katakan untuk meyakinkan bahwa hal ini sangat berbahaya, karena di belakang para pejabat Amerika itu adalah kejahatan-kejahatan perang yang banyak,” kata Jubir Kemenlu Rusia Maria Zakharova kepada televisi Rusia pekan lalu.
Secara khusus Maria Zakharova menyebut apa yang terjadi di Fallujah, dimana diduga Amerika telah membom kota di Irak ini dengan bom nuklir taktis yang dikenal dengan ‘bom kotor’, yaitu bom yang berisi sampah radioaktif. Akibatnya angka penderita cacat fisik di kota ini sangat tinggi.
“Saya katakan kepada mereka yang meributkan ‘kejahatan perang’ di Suriah. Mari kita lihat apa yang sudah mereka lakukan di Fallujah,” kata Zakharova.
Perang psikologis lainnya yang dilancarkan Rusia adalah mengancam akan menyerang personil-personil militer Amerika di Suriah yang diperkirakan jumlahnya mencapai ribuan personil. Jubir Kemenhan Rusia, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa pihaknya telah mengetahui siapa saja dan dimana saja personil Amerika yang berada di Suriah. Meski tidak mengatakannya dengan langsung, ini adalah sebuah ancaman bahwa Rusia bisa menyerang personil-personil Amerika dengan dalih menyerang para teroris.
Rusia juga telah melakukan langkah-langkah militer taktis terkait dengan krisis Suriah yang membuat Amerika membatalkan, atau menangguhkan untuk sementara opsi militer setelah kegagalan gencatan senjata yang digagas antara Amerika dan Rusia. Di antara langkah itu adalah pengerahan tiga kapal perang ke lepas pantai Suriah dan sistem pertahanan Antey-2500 (varian S-300) di pangkalan laut.
Tartus, yang atas persetujuan pemerintah Suriah kini telah ditingkatkan menjadi pangkalan laut permanen Rusia. Tidak hanya itu, untuk pasukan Suriah sendiri Rusia juga telah mengirimkan sistem pertahanan udara Pantsir-S1 dan meriam kecepatan tinggi ZRPK guna menangkal kemungkinan serangan udara Amerika dan koalisinya.
Di hadapkan pada pilihan ‘menyerang secara ilegal’ karena tidak memiliki mandat PBB atau pemerintah berdaulat Suriah, dan pertahanan udara Rusia yang dilengkapi dengan rudal-rudal S-300 dan S-400, Pantsir-S1 dan ZRPK, Amerika pun harus membatalkan ‘pilihan kinetik’ yang sempat ramai dibicarakan para pejabat.
Amerika dan digaungkan oleh media-media barat. Alih-alih, Presiden Obama memerintahkan para diplomatnya untuk membahas penyelesaian politik Suriah dalam forum internasional di Laussane, Swiss, saat ini. (