Militer Rusia mengerahkan sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumf untuk pasukannya di Crimea. Pengiriman sistem rudal mutakhir ini dilakukan Rusia setelah situasi Crimea memanas, di mana Moskow menuduh Ukraina meluncurkan serangan yang menewaskan dua anggota FSB Rusia.
Pengerahan sistem rudal pertahanan udara S-400 ini diumumkan kantor layanan pers Distrik Militer Selatan Rusia pada hari Jumat (12/8/2016).
”Resimen rudal antipesawat dari Angkatan Udara dan Pertahanan Udara Angkatan Darat 4 dari Distrik Militer Selatan yang berbasis di Republik Crimea telah menerima sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumf yang modern untuk operasi,” bunyi pernyataan kantor layanan pers tersebut.
”Setelah persiapan lebih dan resimen dipersenjatai kembali,” lanjut pernyataan itu, seperti dikutip kantor berita ITAR-TASS.
S-400 Triumf adalah sistem rudal antipesawat terbaru yang masuk ke layanan militer Rusia pada tahun 2007. Senjata mutakhir ini dirancang untuk menghancurkan pesawat, kapal pesiar dan rudal balistik, termasuk rudal jarak menengah, dan juga dapat digunakan terhadap sasaran di darat.
S-400 dapat menembak target pada jarak 400 km dan pada ketinggian hingga 30 km. Sistem rudal ini juga sudah dikerahkan Rusia di Suriah sejak tahun 2015 tak lama setelah pesawat jet tempur Rusia ditembak jatuh pesawat militer Turki di perbatasan Suriah-Turki November 2015.
Memanasnya situasi di Crimea juga membuat Presiden Vladimir Putin memerintahkan militernya untuk latihan perang di Laut Hitam. Perintah Putin muncul sehari setelah dia menuding Ukraina melakukan provokasi konflik di Crimea, wilayah yang bergabung ke Rusia setelah memisahkan diri dari Ukraina pada 2014.
”Pemimpin Rusia bertemu dengan militer dan intelijen atas insiden pada hari Kamis dan meninjau kembali skenario langkah-langkah keamanan kontra-terorisme di sepanjang perbatasan darat, lepas pantai, dan di ruang udara Crimea,” bunyi pernyataan Kremlin.
Latihan perang di Laut Hitam difokuskan untuk berlatih memukul mundur serangan bawah air oleh penyabot. - Sindo