Perdana Menteri (PM) Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan Moskow bisa memutuskan hubungan diplomatik dengan Ukraina jika tidak ada pilihan lain. Komentar ini muncul setelah serangan di Crimea yang menurut Rusia dilakukan para intelijen Ukraina.
”Saya tidak ingin hasil seperti itu, tetapi jika tidak ada cara lain untuk mempengaruhi situasi, presiden mungkin bisa mengambil keputusan ini,” kata Medvedev, pada hari Jumat.
Medvedev mengingatkan bahwa rusaknya hubungan diplomatik telah menjadi sejarah bagi Rusia. Dia mencontohkan kasus rusaknya hubungan diplomatik dengan Georgia setelah konflik 2008.
”Keputusan akhir terserah presiden, dia yang bertanggung jawab dari agenda kebijakan luar negeri nasional,” kata PM Medvedev, seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (13/8/2016).
Pada tanggal 10 Agustus 2016 lalu, Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia mengatakan bahwa mereka telah mengagalkan serangkaian serangan teroris di Crimea yang telah direncanakan oleh badan intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina.
Pada hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Ukraina “bermain dalam permainan berbahaya” dan menyebut tindakan Kiev ”bodoh dan kriminal”.
”Saya pikir itu jelas bahwa pihak berwenang Kiev saat ini tidak mencari cara untuk memecahkan masalah melalui negosiasi, namun telah berpaling ke terorisme,” kata Putin.
Namun, Kiev telah membantah tuduhan dari FSB dan Putin. Ukraina menduh balik Rusia sedang mementaskan provokasi. - Sindo