Kementerian pertahanan Cina menyatakan jet-jet tempur negara ini memasuki zona udara samudera Pasifik barat melalui teluk Bashi, dan di wilayah ini menggelar latihan perang.
Militer Cina dalam statemennya mengungkapkan bahwa pesawat pembom jenis H, jet tempur Sukhoi 30, dan pesawat pembawa bahan bakar ikut serta dalam manuver militer tersebut. Dalam statemennya, angkatan bersenjata Cina membantah tudingan sejumlah kalangan mengenai latihan perang ini, dan mengklaim pengiriman jet-jet tempur dalam manuver militer sesuai dengan aturan internasional, dan tidak melanggar ketentuan tentang zona udara dan laut.
AS dan Jepang mengkritik Cina yang menilai Beijing telah mengirimkan jet tempur dan kapal perangnya di luar area lautnya sendiri, dan melakukan manuver militer di sana. Bersamaan dengan digelarnya latihan perang Cina di kawasan samudera Pasifik barat, AS mengirimkan pesawat pembom dan kapal perang nuklir pembawa pesawat ke semenanjung Korea, serta menerbangkan pesawat bombernya di zona udara Korea Selatan. Pamer kekuatan yang ditunjukan Cina yang direaksi oleh AS, mengindikasikan persaingan adu kekuatan militer dan strategi antara Bejing dan Washington di kawasan Samudera Pasifik.
Pemerintah Cina mengkhawatirkan terjadinya transformasi terbaru di semenanjung Korea menjadi sarana bagi militer AS menancapkan pengaruhnya lebih kuat di kawasan tersebut. Apalagi, media Korea Selatan melaporkan sejumlah warga negara ini meminta Washington menempatkan sistem pertahanan rudal nuklir AS di negaranya setelah Korea Utara berhasil mengujicoba nuklir barunya yang kelima.
Manuver militer yang ditampilkan Cina di samudera Pasifik sebagai bentuk kesiapan Beijing menghadapi segala bentuk petualangan dan intervensi negara-negara transregional dalam transformasi di kawasan itu. Sejak setahun lalu, tensi friksi antara Beijing dan Washington mengenai sengketa antara AS dan negara-negara tetangga di kawasan semakin meningkat. Sikap mundur salah satu pihak akan dimanfaatkan oleh pihak lawan.
AS selama ini mendukung sejumlah negara yang terlibat konflik dengan Cina dalam sengketa kepemilikan wilayah di kawasan Laut Cina Selatan. Sikap tersebut memicu kemarahan Beijing. Cina memandang friksi laut Cina Selatan harus diselesaikan oleh negara-negara kawasan melalui dialog, dan Gedung Putih tidak berhak untuk mengintervensi masalah tersebut. Bejing menilai intervensi Washington hanya akan menambah kerumitan masalah.
Pasalnya, AS berupaya memanfaatkan friksi antara Cina dan negara-negara kawasan Laut Cina Selatan sebagai krisis antara Beijing dengan negara-negara yang mengklaim kepemilikan wilayah yang sama. Perselisihan antara Cina dan AS tersebut saat ini berujung persaingan adu kekuatan antara kedua negara. Kebijakan ekspansi pengaruh AS di kawasan Asia-Pasifik berseberangan dengan kebijakan menjaga stabilitas yang dilancarkan Cina. Masalah ini membutuhkan interaksi diplomasi lebih serius melebihi sebelumnya.