Dua pesawat jet pembom B-52 milik Amerika Serikat (AS) diam-diam meluncur ke Australia selama 44 jam non-stop. Manuver rahasia pesawat tempur AS itu jadi sinyal peringatan bagi China, bahwa AS siap melundungi sekutu-sekutunya, khususnya ASEAN.
Dua pesawat jet pembom B-52 diketahui meluncur dari Louisiana, AS, ke Northern Territory, Australia, pada bulan lalu. Kedua pesawat tempur AS itu melakukan simulasi “pemboman berlari” setelah lepas landas dari pangkalan udara Barksdale, di Louisiana, pada tanggal 1 Juli 2015.
Manuver panjang dua pesawat tempur AS itu dilakukan ketika sengketa Laut China Selatan antara China dengan negara-negara ASEAN memanas. AS yang sejatinya tidak terlibat sengketa, telah melibatkan diri karena khawatir klaim China atas kawasan Laut China Selatan akan menghilangkan kebebasan bernavigasi militer AS di kawasan maritim yang diyakini AS tetap jadi kawasan internasional.
”Penerbangan ini adalah salah satu dari banyak cara AS untuk menunjukkan komitmennya demi menjaga kedamaiaan dan stabiltas wilayah Indo-Asia Pasifik,” kata pejabat Angkatan Laut AS, Laksamana Cecil D Haney dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir news.com.au, Selasa (4/8/2015).
Sebelum dua pesawat jet pembom B-52 AS itu benar-benar meluncur ke Australia, informasi rencana peluncurannya sudah bocor awal tahun ini. Tapi, Pemerintah Perdana Menteri Tony Abbott kala itu menyangkalnya.
Informasi pertama saat itu muncul dari Asisten Menteri Pertahanan AS, David Shear, ketika berbicara di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS pada 13 Mei 2015. Shear mengatakan bahwa pesawat pembom berat dan pesawat pengintai AS akan dikerahkan ke Australia.
Tapi, Kedutaan Besar AS di Canberra, Australia, menyatakan bahwa Shear salah ucap. ”AS tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pesawat pembom atau pesawat pengintai ke Australia,” kata pihak Kedubes AS melalui seorang juru bicaranya saat itu.
Pemerintah China belum merespons sikap AS yang benar-benar mengerahkan dua pesawat pembom ke Australia terkait dengan sengketa Laut China Selatan yang sempat memanas. China dan ASEAN telah sepakat untuk bertemu dan menyusun "kode etik" Laut China Selatan sebagai solusi untuk meredam ketegangan.