Sindo - Rusia dan NATO telah sama-sama melakukan latihan perang berskala besar untuk mempersiapkan kemungkinan terjadi konflik. Tapi, kedua kubu itu berisiko bentrok atau perang di Eropa Timur.
Risiko itu merupakan hasil analisis lembaga think-thank European Leadership Network (ELN). Lembaga itu menyerukan kedua kubu untuk berkomunikasi lebih lanjut dan meningkatkan transparansi kegiatan militer mereka.
”Setiap latihan dipandang sebagai provokatif oleh pihak lain dan menimbulkan ketidakpercayaan dan ketidakpastian,” kata direktur ELN, Ian Kearns. “Semua orang berfokus pada nilai jera latihan besar, tapi ada sisi negatifnya dan itu adalah faktor risiko. Politisi harus menunjukkan penghakiman politik dan menahan diri,” lanjut dia, seperti dikutip Guardian, semalam.
ELN telah menerbitkan laporan tentang analisi bahaya dari risiko bentrok antara Rusia dan NATO dengan judul laporan; “Preparing for the worst: are Russian and NATO military exercises making war in Europe more likely?”
Dalam laporan itu terdapat analisi dua latihan perang besar baru-baru ini. Di mana Rusia pada Maret 2015 mengerahkan 80 ribu personel militer dari pangkalan di seluruh negeri. SedangkanNATO dan sekutunya menggelar latihan perang besar di darat, laut dan udara dengan melibatkan 15 ribu personel militer dari 22 negara.
”Kedua latihan (perang) ini menunjukkan bahwa masing-masing pihak berlatih dengan kemampuannya, dan yang paling mungkin ada rencana perang dalam pikiran mereka,” bunyi laporan ELN.
“Sementara juru bicara mungkin mempertahankan (pendapatnya) bahwa operasi ini ditargetkan untuk melawan hipotetis; bahwa Rusia sedang mempersiapkan konflik dengan NATO, dan NATO sedang mempersiapkan konfrontasi dengan Rusia,” lanjut ELN.