Sindo - NATO ingin mengajak Rusia berdialog untuk meredam ketegangan yang kian memanas. Tapi, di sisi lain NATO ingin mengerahkan 40 ribu tentara di Eropa Timur dengan klaim untuk melindungi sekutu-sekutunya dari ancaman Rusia.
Rencana pengerahan puluhan ribu tentara itu diumumkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg di Brussels, kemarin.”Semua bersama-sama dengan kami berharap kekuatan ini menjadi 40 ribu tentara,” kata Stoltenberg.
NATO saat ini sudah menyiagakan 13 ribu tentara. Dengan rencana itu, kata Stoltenberg, kekuatan tentara NATO akan bertambah tiga kali lipat.
”Ini akan memungkinkan kita untuk mengerahkan pasukan kami secepat yang kita butuhkan saat krisis muncul, sambil mempertahankan kontrol politik secara penuh,” ujar Stoltenberg.
Stoltenberg mengklaim rencana pengerahan tentara besar-besaran di Eropa Timur itu tidak melanggar aturan internasional. Dia, seperti dikutip Reuters, Kamis (25/6/2015) juga mengklaim bahwa NATO tidak akan terseret dalam perlombaan senjata dengan Rusia. Hanya saja, NATO tetap komitmen dengan kewajibannya untuk melindungi semua sekutunya dari ancaman siapa pun, termasuk Rusia.
Stoltenberg menekankan pertahanan yang kuat menjadi syarat untuk berdialog dengan Rusia. Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon menyebut Rusia dan NATO, bisa terhasut perang, di mana satu sama lain saling memprovokasi dan mengintimidasi.”Penting juga bahwa NATO terus berkomitmen untuk mempertahankan semua sekutunya,” ujarnya.
Sebelum ini, Kepala Pentagon Amerika Serikat (AS), Ashton Carter, juga mengumumkan bahwa Washington berencana untuk mengerahkan 250 kendaraan perang, di Baltik yang dekat dengan perbatasan Rusia.
Ratusan kendaraan perang, termasuk tank Abrams, kendaraan lapis baja Bradley dan howitzer self-propelled akan ditempatkan di Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, dan Rumania. Padahal, Rusia sudah mengancam akan merspons kuat setiap penumpukan kekuatan militer di dekat wilayahnya.
Sementara itu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg, dijadwalkan akan bertemu menteri pertahanan Ukraina pada hari Kamis (25/6/2015). “Kami akan meninjau, untuk memberikan dukungan bagi Ukraina yang kuat dan berdaulat,” katanya.