LiputanIslam – Wakil
Komandan Umum Garda Republik Islam Iran (IRGC) Brigjen Hassan Salami
menyebut agresi Arab Saudi terhadap Yaman sebagai perang terbodoh dalam
sejarah karena mengikuti ambisi kekuatan imperialis dunia untuk
menancapkan dominasinya di dunia Islam.
“Agresi Saudi terhadap Yaman adalah perang yang paling bodoh dalam
sejarah, sebab jika dikaji secara independen maka terlihat bahwa perang
itu mengikuti logika dunia mustakbirin untuk berdominasi atas dunia
Islam,” katanya dalam sebuah konferensi solidaritas untuk bangsa
tertindas Yaman yang diselenggarakan oleh para dosen sekolah agama
(hauzah ilmiyyah) di kota Qum, Iran, Minggu (7/6), sebagaimana dilansir Fars News dan dikutip Alalam.
Dia menambahkan bahwa dalam agresi itu tidak ada sesuatu yang
terlihat kecuali kebatilan, arogansi dan tipu daya, namun Saudi gagal
meraih ombisinya karena rezimRiyadh semula berangan-angan dapat
melakukan perluasan geo-politik hingga ke Laut Yaman.
Dia juga menegaskan Saudi telah melancarkan perang secara membabi
buta, sementara milisi Ansarullah (Houthi) yang di awal perang hanya
tersebar di 30 persen wilayah Yaman kini justru tersebar di 80 persen
seiring dengan banyaknya suku yang akhirnya memilih bergabung dengan
Ansarullah dan ikut berperang melawan Saudi.“Ini merupakan perkembangan bernilai historis,’ ungkapnya.
Dia melanjutkan bahwa selain itu, perang sekarang sudah merembet dari
dalam negeri Yaman ke wilayah perbatasan Saudi, dan ada ratusan tentara
Saudi yang tewas.
“Orang-orang Saudi yang melancarkan serangan laut dan udara ke Yaman,
400 tentara di antaranya telah terbunuh, namun Saudi tidak
memublikasikan jumlah ini. Dan ketika pangkalan-pangkalan militer mereka
diduduki (oleh pasukan Yaman), tentara Saudi bahkan tak berani
melakukan serangan balik. Sekedar contoh, orang-orang Yaman telah
merampas 30 unit tank dalam serangan terhadap salah satu pangkalan
militer Saudi,’ paparnya.
Jenderal Salami menilai situasi pertempuran sudah berubah, dan perlawanan terus berkembang.
Dia mengatakan, “Kesabaran, kebesaran hati, dan ketekunan merupakan
bagian dari karakteristik bangsa Yaman yang memiliki catatan sejarah
yang cemerlang dalam perlawanan terhadap kezaliman dan penindasan.”