Viva - Pentagon tengah mempertimbangkan, pengiriman pesawat-pesawat dan kapal
perang Amerika Serikat (AS) ke Laut China Selatan, dekat kepulauan
Spratly yang diperebutkan antara China dan beberapa negara di Asia
Tenggara.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 13 Mei 2015,
Menteri Pertahanan Ash Carter meminta opsi, meliputi pengiriman kapal
dan pesawat militer AS dalam jarak 12 mil laut dari karang-karang di
kepulauan Spratly.
Langkah AS itu dipastikan bakal menjadi
tantangan langsung terhadap China. Belum ada tanggapan dari Pentagon dan
Gedung Putih, atas laporan yang pertama kali dipublikasi Wall Street
Journal.
Juru bicara kedutaan besar China, Zu Haiquan, mengatakan
China memiliki kedaulatan yang tidak terbantahkan atas kepulauan
Nansha, nama yang digunakan China untuk kepulauan Spratly.
Dia
mengatakan China berharap pihak-pihak, diyakini merujuk pada AS dan
negara lainnya, dapat menghormati komitmen untuk tidak berpihak dalam
sengketa Laut China Selatan, serta menahan diri untuk tidak menambah
ketegangan.
Pengiriman kapal dan pesawat ke Spratly, akan
mengulang langkah militer AS pada 2014 dengan operasi 'Navigasi Bebas',
untuk menantang klaim maritim dari 19 negara, termasuk China.
Jepang
dan AS mengecam China pada 2013, karena menerapkan zona indentifikasi
pertahanan udara (ADIZ) di Laut China Timur, di mana pesawat-pesawat
harus mengidentifikasi diri pada otoritas China.
AS merespon dengan menerbangkan pesawat pembom B-52 melalui zona itu, dalam upaya unjuk kekuatan.