May 11, 2015
Iranfobia dan Modus Penjarahan Kekayaan Arab Teluk Oleh Barat
Oleh: Abdel Bari Atwan*
Iranfobia adalah baku yang dominan dalam propaganda kontemporer pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam upayanya menebarkan ketakutan di tengah negara-negara Arab Teluk Persia agar kemudian rajin menghamburkan dananya untuk memborong senjata buatan AS yang belakangan diperkirakan mencapai 2 trilyun dolar AS.
Dalam kondisi bagaimanapun, komunitas negara-negara petrodolar ini harus tercekam rasa takut, baik ketika AS menyebut-nyebut opsi militer dan mengerahkan kapal-kapal induknya untuk opsi ini maupun ketika AS melakukan perundingan dengan Iran di belakang negara-negara Arab itu untuk mencapai solusi damai, sebagaimana yang sedang terjadi sekarang.
Dapat dimengerti ketika AS berusaha meyakinkan mereka supaya menghabiskan dana milyaran dolar untuk memborong jet tempur dan rudal-rudal mutakhir untuk pertahanan diri dari segala potensi bahaya Iran yang termanifestasi dalam ambisi nuklirnya. Hal yang tak dapat dimengerti ialah mengapa kekayaan Arab tetap dihamburkan untuk membelinya ketika perjanjian awal untuk mengawasi dan menjamin status damai nuklir Iran untuk jangka waktu minimal 10 tahun sudah diteken.
Seandainya persenjataan itu digunakan untuk perang bangsa-bangsa Arab ini melawan Israel dengan tujuan membebaskan tempat-tempat suci maka ini tentu membanggakan dan layak didukung. Hanya saja, AS dan negara-negara Eropa tidak mungkin akan menjual barang satu rudal kepada negara Arab manapun jika mereka mengetahui senjata itu akan digunakan untuk menghantam Tel Aviv, bukan Teheran, Damaskus, atau bahkan Baghdad.
Berbagai informasi yang berhembus dari Washington menyatakan bahwa Presiden AS Barack Obama akan memperbaharui upayanya meyakinkan para pemimpin negara-negara Teluk Persia dalam pertemuannya dengan mereka di resort Camp David dalam waktu dekat ini melalui penyebaran sistem “perisai rudal” untuk memayungi kawasan dari rudal-rudal Iran, dan bahwa Obama siap menjual kepada mereka persenjataan terkini kepada mereka dan memperbanyak latihan-latihan perang.
Untuk apa sistem-sistem penangkis rudal itu dipasang di kawasan Teluk Persia seperti di negara-negara Eropa Timur semisal Rumania dan Polandia serta diangkatnya persoalan ini sebagai sesuatu yang mendesak dalam perang antarnegara besar di masa mendatang?
Perisai rudal yang terdiri atas rudal-rudal balistik yang dapat membawa hulu ledak nuklir dan sudah dipasang di negara-negara Eropa timur adalah untuk mengantisipasi bahaya rudal Rusia. Namun apakah Iran, misalnya, lebih maju daripada Rusia dan memiliki hulu ledak nuklir yang dapat dipasang pada rudal-rudalnya?
Jika rudal-rudal Iran menjadi ancaman bagi keamanan dan stabilitas negara-negara Teluk Persia lantas apa gunanya pangkalan militer AS di Qatar, Bahrain dan Kuwait, pangkalan militer Perancis di Abu Dhabi, dan pangkalan Inggris yang dipulihkan di Manama? Untuk apa pasukan negara-negara Barat itu bercokol di kawasan Teluk jika ternyata mereka tidak cukup untuk melindungi negara-negara yang menjadi tuan rumah dan mungkin juga menjadi sumber nafkah bagi mereka itu, baik langsung maupun tidak?
Kalaupun perisai rudal itu urgen bagi keamanan negara-negara Teluk, tapi lantas untuk apa puluhan milyar dolar mengalir dari negara-negara Teluk untuk pemasangan sistem rudal Patriot anti rudal, khususnya rudal Iran? Mengapa pula pemerintah AS berbicara mengenai penjualan senjata kepada Arab Saudi seharga lebih dari 150 milyar Dolar AS? Belum lagi Qatar yang membeli pesawat tempur Rafale buatanPerancis, dan negosiasi pembelian pesawat yang sama oleh Uni Emirat Arab dengan dana sebesar 20 milyar Dolar AS. Semua ini tak ubahnya dengan “penjarahan” AS dan Perancis secara blak-blakan terhadap kekayaan negara-negara Arab Teluk Persia, pengaliran aset keuangan mereka ke Barat dan bukan dimanfaatkan oleh umat Arab sendiri untuk mengatasi krisis ekonomi dan sosialnya.
AS memangsang sistem penangkis rudal di Polandia dan Rumania, namun tanpa meniscayakan pengalihan kekayaan melalui transaksi pembelian senjata dan jet tempur canggih AS senilai puluhan milyar dolar AS. Dua dua negara Eropa timur itu apa yang terjadi justru sebaliknya, Washington memberikan bantuan finansial dan investasi senilai milyaran dolar AS sebagai insentif atas kesediaan mereka menyediakan tempat untuk rudal-rudal itu.
Menariknya lagi, adanya perisai rudal AS di Polandia dan Rumania mendorong Ukraina untuk tidak mencegah intervensi militer dan politik Rusia belakangan ini dan dominasi para sekutu Rusia di Ukraina atas Semenanjung Krimea.
Dana-dana kedaulatan negara-negara Teluk yang sudah kehilangan sebagian besar asetnya untuk membiayai pembelian senjata seharusnya digunakan sebagai tunjangan finansial bagi generasi-generasi mendatang sebagai “hiu putih” untuk kondisi darurat “hitam” yang mungkin terjadi dalam waktu dekat akibat terpuruknya harga minyak hingga setengah harga yang juga masih berpotensi untuk jatuh lebih parah lagi seiring dengan pencabutan sanksi minyak Iran dan kebijakan Rusia untuk meningkatkan volume ekspornya.
AS dan Eropa berlomba menjarah isi lumbung-lumbung keuangan negara-negara Arab Teluk dengan cara menciptakan ketakutan yang luar biasa. Belum lama ini Obama mengatakan kepada jurnalis AS Thomas Friedman bahwa bahaya terbesar bagi negara-negara Arab Teluk bukanlah Iran melainkan pengangguran di tengah generasi muda, ketidak adilan dan tidak adanya pemerataan dalam distribusi kekayaan.
Sedangkan Presiden Perancis Francois Hollande yang menjadi tamu kehormatan dalam pertemuan puncak GCC mengatakan bahwa bahaya bagi mereka adalah Iran sehingga mereka harus optimal mempersenjatai diri. Dua klaim ini kontradiktif dan memperlihatkan betapa remehnya bangsa-bangsa Arab dan umat Islam di mata Barat.
Tentu tak seorangpun menyebut Israel sebagai bahaya karena mungkin Israel memang tidak dianggap berbahaya. Pada kenyataannya, superioritas militer Israel di mata Barat harus tetap terjaga di Timur Tengah. Buktinya, semua jenis senjata dan perlengkapan perang buatan AS boleh dijual kepada negara-negara Teluk, tetapi tidak demikian dengan jet tempur F-35 agar tak ada satupun yang memiliki di kawasan ini kecuali Israel.
Kita bangsa Arab sudah menjadi lelucon yang dipermainkan AS sehendak hatinya untuk menjarah kekayaan kita, memecah belah negara-negara kita, membenamkan kita dalam perang saudara, dan membuatkan musuh dari kalangan kita sendiri. Kita semua digiring dalam keadaan mata terbuka ke dalam jebakan terdarah. Dan ini tentu merupakan puncak malapetaka dan kehinaan.
* Pemimpin redaksi media online Arab Rai al-Youm.
Labels:
Amerika Serikat,
Arab Saudi,
Inggris,
Iran,
Israel,
Libanon,
Nato,
Prancis,
Yaman
0 Comments