LiputanIslam - Rusia yang mengklaim diri sebagai
pemenang Perang Dunia II tengah bersiap merayakan ulang tahun ke-70
kemenangan Rusia atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II, tepat 9 Mei
mendatang.
Pada perayaan kali ini, Rusia diboikot oleh negara-negara barat yang
menjadi sekutunya pada Perang Dunia II gara-gara krisis Ukraina. Namun
para pemimpin Tiongkok, Kuba dan negara-negara sahabat lainnya siap
hadir. Demikian seperti dilaporkan Antara, Senin (4/5).
Sekitar 27 juta tentara dan rakyat Rusia (saat itu bernama Uni
Soviet) terbunuh pada PD II, namun kemenangan dalam perang paling maut
dalam sejarah manusia itu dianggap kebanggaan tersendiri bagi Rusia.
“Ini adalah hari kejayaan, hari kebanggaan rakyat kita, hari untuk
penghormatan tertinggi kepada satu generasi pemenang,” kata Presiden
Rusia Vladimir Putin.
Namun perayaan kemenangan pada PD II yang disebut Rusia sebagai
Perang Patriotik Besar itu dianggap sebagian kalangan sebagai upaya
propaganda Putin guna menaikkan status kekuasaannya.
Viktor Astafyev, penulis PD II, mengklaim jumlah korban Rusia lebih
dari 27 juta jiwa dan para panglima perang memenangi perang itu dengan
tumbal darah rakyat Rusia.
Putin sendiri kehilangan banyak sanak familinya pada PD II. Namun dia
mengatakan ayahnya yang terluka parah dan ibunya yang selamat dari
pemboman Leningrad, tidak pernah membenci tentara Nazi.
“Mereka tidak membenci musuh, itu mengejutkan,” kata Putin.
Pada 9 Mei nanti Putin akan memimpin parade di Lapangan Merah yang
juga akan memamerkan senjata-senjata terbaru Rusia dan defile 15.000
tentara Rusia dan pasukan asing, termasuk brigade kehormatan Serbia,
India dan Tiongkok.
Peringatan ini akan dihadiri pemimpin Tiongkok, Kuba, India, Afrika
Selatan dan sejumlah negara eks Uni Soviet. Rusia sudah mengundang 68
kepala negara dan pemerintahan untuk menghadiri acara ini, demikian