Islam times - Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah mengutuk keras serangan Arab
Saudi di Yaman dan menyebut, kerajaan itu merupakan sumber ideologi
Takfiri di dunia.
"Intimidasi atau ancaman tidak akan mencegah
kita untuk terus menerus menyatakan kecaman agresi (Saudi) terhadap
Yaman," kata Nasrallah dalam khutbah dihadapan ribuan warga dengan judul
Solidaritas dengan Warga Yaman, Jumat, 17/04/15.
"Tujuan nyata perang adalah memulihkan hegemoni Saudi-Amerika atas Yaman," tegas Nasrallah.
"Para
pejabat Arab Saudi mengatakan tujuan perang adalah untuk mempertahankan
identitas Arab Yaman, tetapi apakah warga Arab yang berwenang berhak
mengobarkan perang di Yaman? Ini adalah perang melawan orang-orang
Arab!," tandas Nasrallah.
"Warga Yaman tidak perlu membuktikan
identitas Arab atau Islamnya, dan mereka yang menyerang Yaman saat ini
sedang berusaha memverifikasi identitas Arab mereka sendiri," kata
Nasrallah.
"Tidak ada yang menerima label peristiwa di Yaman sebagai perang Syiah-Sunni, selain mereka yang dikendalikan oleh uang."
Dalam
mengomentari operasi yang bertujuan untuk melindungi tempat-tempat suci
Islam di Arab Saudi, Nasrallah menegaskab,"Siapa yang mengancam dua
Masjid Suci? Ansarullah (Houthi)? rakyat Yaman? Saya dapat
mengkonfirmasikan kepada Anda, bahwa memang terdapat ancaman terhadap
dua Masjid Suci, namun berasal dari Daesh (ISIS), yang telah menyatakan
khalifah di Mosul dan mengumumkan bahwa mereka akan menghancurkan Kabah
suci.
"Masjid Nabi menghadapi ancaman, namun ancaman itu datang
dari dalam Arab Saudi, ideologi dan budaya Wahhabi," tegas Nasrallah
memperjelas otoritas politik dan agama kerajaan konservatif itu.
Nasrallah
juga mengkritik Raja Abdul Aziz al-Saud, pendiri kerajaan,"Setelah raja
menguasai Hijaz, pengikut Wahhabi- terinspirasi oleh budaya mereka -
menghancurkan semua artefak bersejarah peninggalan Nabi (SAW) pada bulan
April 1926.
"Mereka mengatakan bahwa tujuan agresi ini adalah
untuk mencegah datangnya tentara ke seluruh provinsi, dan itu juga telah
gagal, dan provinsi kini berada di tangan tentara Yaman dan al-Qaeda
terpukul mundur.
Mereka mengatakan, tujuannya adalah untuk
mematahkan kehendak rakyat Yaman dan mereka yang terkena dampak kondisi,
tetapi rakyat Yaman menunjukkan ketabahan yang besar.
"Ingat
Perang Juli, dengan mengamati kemiripan Kampanye media yang sengit
dilancarkan, tapi kami menang. Dan ini adalah perang yang sama,
pemikiran yang sama dan manajemen yang sama dan hasilnya pun akan
sama.."
"Mereka (Saudi) mengatakan bahwa mereka sedang membela
negara Yaman. Namun, mereka melakukan hal ini melalui pemboman
administrasi negara, bandara, pelabuhan dan pangkalan militer. Apakah
ini Anda sebut sebagai bentuk untuk mempertahankan negara? Tanya
Nasrallah.
"Apakah masih ada yang percaya bahwa tujuan perang ini
adalah untuk mengembalikan Abdrabbo Mansour Hadi menjadi presiden?"
Tanyanya.
Sayyid Nasrallah memuji rakyat Yaman dan kepemimpinan
revolusioner Ansarallah, "Pemimpin Besar Sayyid Abdul Malik al-Houthi,
kini memiliki kesempatan untuk menyerang dan menyusup ke Arab Saudi.
Namun, ia tidak melakukannua, karena ia melakukan apa yang disebut
sebagai kesabaran strategis. "
"Setelah 28 hari serangan udara
dan pemboman angkatan laut, serangan udara dan semua bentuk intelijen
dan dukungan logistik ditawarkan oleh Amerika, namun gagal mengembalikan
Abedrabbo Mansour Hadi ke Yaman, dan ia masih berada di Riyadh.
"Karena
agresi ini, Hadi justru kehilangan kesempatan untuk kembali ke kursi
kepresidenan. Setiap penyelesaian politik tidak bisa mengembalikannya ke
kursi presiden," tegasnya.
"Protes populer tetap berlangsung
meskipun terjadi pemboman udara, dan sampai saat ini warga Yaman belum
menunjukkan tanda-tanda kekalahan," kata Nasrallah.
Adapun reaksi
internasional terhadap upaya serangan Saudi, Nasrallah mengatakan
"mayoritas suara di dunia menuntut diakhirinya perang dan menyerukan
solusi politik.
"Mereka yang memimpin perang ini harus menunjukkan kerendahan hati dan mencari jalan keluar," katanya.
"Sebuah
serangan darat akan sia-sia, dan kekalahan mereka sudah jelas. Rakyat
Yaman hanya tergantung pada ketahanan mereka sendiri, dan itu yang akan
mengalahkan agresi. Mereka juga mempersiapkan diri untuk solusi politik,
tapi perang harus dihentikan terlebih dulu, "tambahnya.
"Semua apa yang kita inginkan untuk Arab Saudi adalah keamanan, stabilitas kemakmuran rakyatnya."
Mengomentari
penolakan parlemen Pakistan atas keterlibatan Islamabad dalam operasi
yang dipimpin Saudi, Nasrallah berterima kasih kepada Pakistan atas
penolakan tersebut.
"Saya menyerukan Pakistan dan kepemimpinan
Mesir tidak menjadi mitra dalam perang, sama seperti mereka bersama
dengan India mencegah pembongkaran makam Nabi pada tahun 1920,"
tambahnya.
Dia juga mencatat bahwa Iran merupakan kunci pendukung
dan percaya jalur dialog dengan negara-negara Islam dan dengan Arab
Saudi.
"Tapi yang terakhir keras kepala karena gagal di semua
negara- di Irak, Suriah dan Libanon- dan karena itu mereka (Saudi)
mencari kesuksesan sebelum pergi ke meja perundingan," tambah Nasrallah.
"Dari
mana ideologi kelompok yang menghancurkan masyarakat dan negara itu
berasal? ... Dari budaya dan fatwa mana? Siapa yang menyebarkan ideologi
ini di seluruh dunia? Siapa yang membangun sekolah-sekolah di seluruh
dunia untuk mengajar pemuda Muslim untuk merusak dengan ideologi Takfiri
ini? Sangat jelas itu adalah Arab Saudi," tandas Nasrallah.
Nasrallah
juga menyebut bahwa Riyadh telah menggunakan pendapatan dari ziarah
Haji Muslimin untuk membiayai kelompok-kelompok ekstremis.
"Demi setiap negara Muslim, dunia Islam harus memberitahu Arab Saudi, sudah cukup waktunya," tambahnya.
Beralih
ke situasi di Libanon mengingat krisis Yaman, Nasrallah menyerukan elit
politik tidak terlibat dalam sengketa besar atas masalah ini.
"Di sini, di Libanon kita ingin hidup bersama dan kami tidak ingin mengimpor konflik Yaman ke Libanon," kata Nasrallah.
Mengenai
sikap kelompok 14 Maret, Nasrallah menjelaskan, "Kami tidak setuju atas
krisis Yaman, Suriah dan Libanon di depan mereka, tetapi bersabarlah
dan jangan membuat perhitungan yang salah."
"Hindari perhitungan mirip dengan taruhan Anda bahwa rezim Suriah akan jatuh dalam waktu dua bulan.
"Pendekatan
kritikal seperti ini disambut dengan baik, tetapi bukan pendekatan
penghinaan. Masing-masing dari kita dapat mempertahankan sikap dan
pendapat, sementara tetap menghormati batas-batas tertentu dan
pembatasan moralitas, "kata Nasrallah.