Islam times - Jantung kerajaan Saudi Arabia, Riyadh, perlahan-lahan mulai terlihat
seperti kota Detroit atau bahkan New York, penembakan dan pembunuhan
terhadap pihak keamanan mulai terjadi. Pemicunya sama seperti polisi
Amerika yang kejam dan gemar menembak korban tanpa memberikan kesempatan
membela diri kepada korban. Dan di Riyadh, dalam beberapa pekan
terakhir, polisi kerajaan tengah menghadapi serangkaian serangan
penembakan dan pembunuhan. Insiden terbaru adalah tewasnya seorang
komandan patroli di selatan ibukota pada Jumat, 08/05/15, yang
diberondong peluru oleh sekelompok bersenjata tak dikenal.
Kondisi
ini seolah-oleh menegaskan, posisi-polisi kerajaan Saudi Wahabi menjadi
target favorit penembakan kelompok-kelompok tertentu tak dikenal,
seperti di Detroit dan New York, AS. Sebuah tantangan serius yang
mungkin bagi mereka adalah lawan tanding seimbang dibanding rakyat
miskin Yaman.
Komandan patroli polisi Majed A'iz al-Ghamedi tewas
ditembak mati oleh sekelompok bersenjata tak dikenal pada Jumat kemarin
(08/05/15) saat beroperasi di selatan Riyadh, demikian menukil laporan
Saudi Press Agency (SPA).
Sebelum ini, beberapa serangkaian penembakan juga menewaskan beberapa polisi di dan sekitar Riyadh pada bulan April lalu.
Pada saat yang sama, Menteri Dalam Negeri Muhammad bin Nayef, -menjadi terkenal karena kesulitan menghadapi kejahatan dan tantangan besar,- meminta pihak kepolisiian mengetatkan keamanan dan memerintahkan untuk menangani setiap agitasi dengan tangan besi.
Meskipun sejauh ini tidak diketahui siapa penyerangnya, -bahkan mungkin intelijen Saudi tidak akan mampu mengidentifikasi pelaku,- satu yang jelas, tren pembunuhan yang menargetkan pihak keamanan benar-benar menghantui Bani al-Saud.
Bahkan
saat intelijen kerajaan belum kelar mengumumkan penyelidikan kriminal
atas kasus itu, insiden lain malah tumbuh berkembang, yang lagi-lagi
menargetkan personil polisi.
Otak dari sejumlah serangan dalam
beberapa pekan terakhir masih simpang siur, bahkan beberapa analis
berspekulasi, para pelakunya adalah para pekerja dari Yaman, kelompok
al-Qaeda atau kelompok Takfiri ISIS binaan Bandar bin Sulthan untuk
menambah tensi didih sengketa keluarga.
Diluar spekulasi ini,
satu yang pasti, siapapun otak di balik serangan, rezim Badui Najd
tengah menghadapi masalah yang berkembang dan semakin meningkat tajam.
Perbedaan
pendapat internal yang kian mendidih selama bertahun-tahun dan sekitar
40.000 tahanan politik mendekam di penjara, menambah catatan-catatan
kejahatan lain bani al-Saud.
Serangan Bani al-Saud tak bermoral
di Yaman juga dipandang sebagai alasan yang hanya memperburuk masalah
yang hingga saat ini sama sekali belum mencapai tujuan apapun. Bahkan,
jika semakin lama krisis ini dipupuk, semakin dalam Bani al-Saud akan
terjebak dalam rawa di Yaman yang mereka gali.
Prestasi mengilap
Bani Saud di Yaman adalah membunuh ribuan rakyat sipil dan
meluluhlantakkan struktur dan infrastruktur negara miskin Arab, Yaman.
Beberapa
informasi menyebar, sekitar 150.000 tentara dikerahkan di sepanjang
perbatasan dengan Yaman. Meski jumlah angka ini diperdebatkan, tetapi
apa yang tak terbantahkan adalah banyak dari tentara Bani Saud yang
melarikan diri dari medan tempur menghindari mati konyol dan sia-sia.
Meski serangan udara Bani Saud menyebabkan kerusakan besar, namun hal
itu tidak mengendurkan semangat pejuang Ansarullah atau mengikis
semangat rakyat Yaman.
Sebaliknya, semangat yang dibangun rakyat
Yaman justru memperlihatkan wajah jelek Bani al-Saud, sifat sejati
mereka sebagai musuh kemanusiaan tak bermoral.
Kini, polisi mulai
membayar harga mahal dengan nyawa mereka atas kepongahan Bani al-Saud.
Kedepan, beberapa dari mereka akan segera mencucurkan air mata kebencian
terhadap nilai-nilai dan kejahatan mengerikan keluarga Bani al-Saud.