Sindo - Amerika
Serikat (AS) menyatakan sudah bertahun-tahun mempelajari sistem
pertahanan S-300, dan sudah mengenai titik lemah sistem pertahanan
tersebut. S-300 adalah sistem pertahanan terbaru Iran yang mereka beli
dari Rusia.
“Kami mengetahui potensi sistem itu akan dijual ke
Iran dalam beberapa tahun terakhir dan itu sudah termasuk dalam rencana
kami,” ucap pemimpin staff gabungan militer AS, Jenderal Martin Dempsey
seperti dilansir AFP pada Jumat (17/4/2015).
Dempsey
menyatakan, tidak akan menjadi hal yang sulit bagi AS untuk bisa
menembus pertahanan terbaru Iran tersebut, ketika pihaknya mulai
menyerang fasilitas nuklir Iran. Dempsey memang menyatakan pihaknya
tidak akan menghapus opsi militer walaupun negosiasi damai tahap pertama
baru saja rampung.
"Opsi militer yang saya tawarkan ke
presiden adalah untuk mendorong solusi diplomatik dan jika diplomasi
gagal untuk memastikan bahwa Iran tidak mencapai kesepakatan program
nuklir," tambahnya.
Pembelian sistem pertahanan terbaru Iran
ini sendiri terjadi setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mencabut
embargo rudal S-300 terhadap Teheran. Rusia menilai embargo senjata
kepada Iran sudah tidak diperlukan lagi. Alasannya, perundingan nuklir
Iran sudah mengalami kemajuan.
Rusia sejatinya sudah
menandatangani kontrak senilai USD 800 juta untuk menjual sistem rudal
S-300 kepada Iran pada tahun 2007. Tapi, pada tahun 2010, kontrak itu
ditangguhkan Dmitry Medvedev (Presiden Rusia kala itu) karena muncul
keberatan dari AS dan Israel terkait akivitas program nuklir Iran.