LiputanIslam – Sebanyak hampir 4000 tentara Arab
Saudi justru kabur meninggalkan pangkalan dan pos-pos mereka di wilayah
perbatasan negara ini dengan Yaman. Demikian dilaporkan situs berita Nahrain yang berbasis di Irak berdasarkan keterangan para diplomat Eropa.
“Sumber-sumber diplomatik Eropa di Brussel menyatakan bahwa salah
satu sebab Riyadh terpaksa mengumumkan gencata senjata ialah kaburnya
tentara Saudi secara massal dari kamp dan markas-markas militer negara
ini,” tulis Nahrain, Minggu (25/4).
“Informasi dari badan-badan intelijen Barat menyebutkan adanya
pelarian secara massal tentara Saudi dari markas-markas militer,
pangkalan-pangkalan dan daerah perbatasan negara ini dengan Yaman,”
ungkap sumber yang tak disebutkan identitasnya.
Menurut sumber-sumber itu, kasus tersebut diketahui melalui pelacakan
terhadap kontak-kontak antarpara komandan militer dan menteri
pertahanan Saudi serta komandan operasi “Badai Mematikan”.
Ada pula laporan yang menyebutkan bahwa desersi massal itu bahkan
melibatkan sebanyak lebih dari 10,000 tentara Saudi dari beberapa
brigade militer dan Garda Nasional. Mereka adalah pasukan yang bertugas
di kamp-kamp militer perbatasan Akifah, Brigade IV di pegunungan Bardan,
markas perbatasan al-Hisn, kawasan selatan al-Had di al-Khuba, dan
markas al-Sad di Najran.
Para pakar militer menilai tentara Saudi sebagai pasukan yang loyo,
bersentimen kesukuan, dan tidak memiliki spirit perang. Di samping itu,
masuk ke Yaman untuk perang darat lebih menyerupai aksi bunuh diri bagi
mereka, sebab dalam perang ke-6 pasukan Houthi melawan pasukan
pemerintah Yaman di masa kepresiden Ali Abdullah Saleh terbukti pasukan
pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa dan bahkan keteteran meskipun
dibantu tentara Saudi.