Irib - Berdasarkan laporan berbagai media,
angkatan laut Cina dan Amerika Serikat di akhir kerjasama militer
mereka menggelar latihan perang bersama. Dalam hal ini, situs penerangan
Departemen Pertahanan Cina dalam sebuah laproannya menyebutkan, di
latihan militer gabungan yang digelar Ahad (26/4), dilibatkan pula dua
kapal perang Amerika dan Cina di Laut Cina Selatan.
Manuver
gabungan ini ditujukan untuk operasi pencarian di laut, penyelamatan
dan membantu korban kapal yang mengalami musibah. Dilaporkan pula bahwa
pemulihan hubungan keamanan Cina dan Amerika juga termasuk dari tujuan
manuver gabungan ini.
Manuver
gabungan antar berbagai negara atau dua negara biasanya bisa terwujud
ketika hubungan bilateral sampai pada level positif, di mana latihan
militer gabungan menjadi sebuah urgensitas. Manuver gabungan Cina dan
Amerika yang digelar di Laut Cina Selatan patut untuk direnungkan. Pekan
lalu, digelar latihan militer gabungan besar-besaran antara Amerika
Serikat dan Filipina di Laut Cina Selatan dengan melibatkan 12 ribu
militer kedua negara.
Laut
Cina Selatan merupakan lokasi sengketa antara Cina dan Filipina terkait
kepemilikan Kepulauan Spratly. Selain itu, Amerika dengan tujuan
memperkuat kemampuan militer Filipina untuk menghadapi militer Cina
telah bersedia menggelar latihan militer gabungan tersebut.
Sepertinya
tujuan AS dan Cina menggelar latihan militer gabungan ini selain untuk
memulihkan hubungan keamanan kedua negara, juga sebagai bentuk tolok
ukur kemampuan militer masing-masing. Artinya kedua negara akan memiliki
prediksi tepat terkait kemampuan militer masing-masing.
Dengan
demikian jika diterima bahwa kubu Demokrat yang berkuasa di Amerika
sampai saat ini masih menganggap Beijing sebagai mitranya, maka analisa
masalah ini tidak terlalu sulit. Selama beberapa tahun terakhir,
kemajuan teknologi dan ekonomi di Cina termasuk di bidang pertahanan
dengan sendirinya menunjukkan bahwa Beijing akan berubah menjadi rival
serius Washington di bidang teknologi militer luar angkasa.
Selama
bulan Agustus 2014, angkatan udara Cina telah menguji coba rudal di luar
angkasa. Rudal ini mampu menghancurkan satelit militer yang aktif dan
berada dekat dengan atmosfir bumi. Sementara itu, pakar strategi Rusia
meyakini bahwa menghancurkan satelit musuh melalui rudal di luar angkasa
hanya bagian kecil dari operasi militer Cina. Padahal Cina memiliki
teknologi untuk menghancurkan satelit melalui jalur lain.
Pengamat ini mengatakan, Cina dengan mengirim satelit mikro ke arah musuh, mampu melumpuhkan satelit musuh.
Seorang
pengamat senior bidang hubungan internasional di Akademi Sains Rusia
mengatakan, AS menfokuskan aktivitas luar angkasanya untuk melancarkan
operasi militer dan spionase.
Meski
demikian AS berulang kali menyatakan kekhawatirannya atas masuknya rival
di sektor senjata modern dan bidang luar angkasa. Hal ini tentu saja
akan mengakhiri monopoli AS di perang luar angkasa.
Meskia
danya prediksi dan analisa pengamat militer Rusia atas kemampuan militer
Cina di bumi dan luar angkasa, Beijing sampai saat ini masih tertinggal
sedikit dengan AS di sektor militer. Namun disebutkan bahwa Cina tidak
membutuhkan waktu lama untuk mengejar ketertinggalannya tersebut.
Sementara
itu, hubungan militer Cina-AS semakin dingin mengingat tekad Amerika
menjual senjata modern kepada Taiwan, intervensi di Laut Cina Selatan
dan Timur, serta latihan militer gabungan dengan Korea Selatan di
perairan kawasan. Oleh karena itu, manuver gabungan Cina dan AS ini
hanya dapat dicermati sebagai bagian kecil dari upaya untuk memulihkan
hubungan militer serta menghangatkan hubungan bilateral
Beijing-Washington.